Perkembangan teknologi juga membawa perubahan dalam metode pemasaran, terbukti dari banyaknya bisnis yang melakukan digital marketing. Iklan pun tidak hanya disiarkan di media cetak atau televisi, tapi juga di dunia internet. Pemasangan iklan di dunia maya inilah yang disebut dengan display advertising, yang sering kita lihat di situs web atau aplikasi yang dikunjungi. Tetapi, apa sebenarnya tujuan adanya display advertising ini?
Display advertising ini mirip seperti billboard atau banner yang kita lihat di jalanan. Namun, ada juga bentuk display advertising di internet, yang sering kita lihat di situs web. Pemasangan iklan secara digital ini juga termasuk dalam strategi digital marketing untuk meningkatkan penjualan produk atau sekedar brand awareness.
Display advertising, sering pula disebut dengan display ads, menyimpan banyak sekali fakta yang menarik. Metode ini mulai sering digunakan oleh bisnis lantaran dinilai sangat efektif dalam memasarkan produknya. Belum lagi, display ads bisa dipasang untuk target pasar tertentu, sehingga bisa menyasar segmentasi yang benar-benar membutuhkan produknya.
Tujuan adanya display advertising adalah agar banyak orang yang mengetahui tentang produk atau layanan dari bisnis yang mengiklankannya. Sudah jelas pemasaran adalah nyawa bagi bisnis agar tetap hidup dan menghasilkan profit, sehingga iklan (advertising) menjadi salah satu cara untuk mempromosikan produk mereka. Lagipula, bisnis mana yang tidak ingin menghasilkan keuntungan besar dari barang atau jasa yang mereka tawarkan ke publik?
Agar bisnis semakin relevan dengan kemajuan zaman, diperlukan pula perubahan dalam strategi pemasaran sehingga angka penjualan tetap meningkat. Bukan hanya itu, brand awareness juga naik apabila kita ikut mengubah haluan marketing sesuai dengan perkembangan zaman. Menariknya, biaya beriklan secara digital juga bisa disesuaikan dengan budget yang dimiliki oleh bisnis kita, sehingga ramai orang mengalihkan pemasarannya dengan digital marketing.
Display advertising adalah salah satu cara yang efektif untuk memasarkan produk atau layanan bisnis di zaman serba digital ini, selain menggunakan strategi marketing lainnya. Sebelum mempraktikkan strategi ini, kenali dulu lebih dalam mengenai display ads, termasuk cara menjalankannya.
Mengenal Display Advertising
Meskipun mulai populer digunakan sejak 2010-an, di mana internet mulai marak dikenal di Indonesia, display ads sudah ada sejak 1994. 27 Oktober 1994 menjadi tanda hadirnya display ads pertama kali di internet, tepatnya di situs HotWired. Iklan tersebut menawarkan virtual tour dari museum seni yang diselenggarakan oleh penyedia layanan internet asal AS. Kala itu, desain iklannya belum seestetik dan semenarik sekarang, bahkan tidak menggunakan copywriting yang jelas.
Kini, banyak sekali display advertising yang desainnya bagus dan menggunakan kalimat copywriting yang mampu memancing orang yang melihatnya. Seiring berkembangnya desain, orang yang mulai terpapar iklan di internet saat browsing pun semakin meningkat. Belum lagi masa pandemi Covid-19, di mana banyak orang menghabiskan waktunya di layar perangkat mereka, membuat display ads semakin menjamur di mana-mana.
Pengertian display advertising adalah iklan berformat visual yang menampilkan gambar atau video dan dipasang di internet untuk mempromosikan produk atau layanan. Biasanya, bisnis yang hendak memasang iklan di internet harus bekerjasama dulu dengan pengelola iklannya, seperti Google Display Network, Facebook Ads Manager, dan lain-lain. Bisa juga menggunakan cara yang sederhana, yaitu menghubungi pemilik website dan melakukan kerja sama untuk memasang iklan di situs mereka, hanya saja, pebisnis harus pintar mengetahui website mana yang paling banyak dikunjungi.
Kalau dipasang di website, letak iklannya bisa bervariasi, bisa di bagian atas, bawah, samping, atau di dalam teks artikel itu sendiri. Semua peletakan itu bergantung pada kebijakan pemasang iklan. Bentuknya pun beragam, mulai dari banner, gambar atau grafis, atau sekedar ads berupa tulisan. Display ads ini sebenarnya merupakan istilah untuk semua bentuk iklan yang terdapat di internet, baik website maupun media sosial, termasuk situs streaming.
Namun, ada tiga kategori display ads yang bisa kita temukan, yaitu:
- Site placement advertising: Jenis iklan ini dipasang di website yang dipilih oleh pengiklannya. Mereka bebas menentukan website yang menjadi lokasi pemasangan iklannya, tentunya dengan mempertimbangkan traffic yang akan mereka terima.
- Contextual advertising: Iklan yang dipasang di website yang sesuai dengan konten promosinya. Misalnya, iklan mengenai produk fashion yang dipasang di website tentang lifestyle.
- Remarketing: Iklan yang muncul kembali di layar pengguna bila mereka pernah mengunjungi situs atau landing page tanpa melakukan konversi terhadap produk yang dipromosikan.
Ukuran display ads pun bervariasi sesuai dengan kebijakan pengelola iklannya. Ada yang berupa mobile leaderboard ukuran 320×50 cm, ada pula yang berbentuk half page ukuran 300×600 cm. Apapun ukurannya, pengiklan harus bisa menyediakan visual berupa gambar atau video sesuai dengan ukuran iklan yang telah ditentukan.
Keunikan Display Advertising dari Strategi Digital Marketing Lainnya
Iklan display ini tidak sama dengan jenis iklan berbasis pencarian, di mana pengguna internet secara aktif mencari produk atau layanan yang serupa dengan kita. Intinya, display ads bukan merupakan bagian dari Search Engine Marketing (SEM) atau Social Media Marketing (SMM). Display ads ini menyasar pengguna yang benar-benar sesuai dengan target pasar kita, jadi iklannya merupakan remarketing atau hasil dari kunjungan pelanggan terhadap situs yang serupa dengan ads yang kita tawarkan.
Display ads juga berbeda dengan iklan yang sering kita lihat di media sosial, seperti Suggested Post di Facebook atau Promoted Post di Twitter. Kedua jenis iklan tersebut merupakan native advertising, di mana iklan yang dipasang disesuaikan formatnya dengan konten di media sosial tersebut. Tujuan adanya display advertising adalah agar pengguna media sosial tidak langsung mengenali bahwa jenis post yang sedang mereka lihat berupa iklan. Dari sini, kita bisa lihat perbedaan display ads dengan native ads, yaitu terletak pada variasi ukurannya.
Sifatnya pun berbeda, di mana display ads terlihat lebih menonjol saat dilihat di website, sedangkan native ads lebih membaur dengan unggahan lainnya di media sosial. Namun, ada juga native ads yang terlihat seperti gambar biasa di artikel website, sehingga jarang orang yang mengenalnya. Display ads juga lebih berfokus pada hard-selling product-nya, sedangkan native ads lebih sering berupa soft-selling lantaran konten iklannya yang sering bersifat edukatif.
Bukan berarti display ads tidak bisa dipasang di media sosial. Malahan, ada pula penyedia iklan berupa display ads untuk media sosial, yaitu Facebook Ads Manager. Penjelasan mengenai penyedia layanan iklan ini akan dibahas nanti dalam artikel ini.
Baca Juga: Top 10 Social Media Tips Untuk Business
Manfaat Display Advertising
Banyak sekali manfaat yang bisa kita dapatkan dari menggunakan display advertising sebagai media pemasaran kita. Bisnis yang baru merintis dan hendak membangun brand awareness pun bisa mengandalkan display ads demi mendatangkan trafik dan jumlah pembeli. Ini adalah 8 manfaat yang bisa dirasakan dengan menggunakan display ads:
1. Mampu Menarik Perhatian Berkat Visualnya
Sesuai namanya, display ads merupakan iklan gambar atau video yang menarik secara visual. Tentu saja, iklan yang dipasang harus didesain dulu sehingga mampu memikat perhatian orang yang melihatnya. Inilah keunggulan display ads dibandingkan iklan pay-per-click (PPC), yang hanya menggunakan teks dan cenderung membatasi pesan yang disampaikan.
Perusahaan bisa bebas membuat bentuk display ads untuk menarik perhatian orang yang melihatnya, mulai dari gambar, grafis, audio, video. Asalkan dibuat dengan menarik dan menggunakan sense of design yang tajam, tercapailah tujuan utama dari display ads ini. Lagipula, display ads sifatnya lebih stand out dibandingkan native ads, sehingga orang yang mengunjungi website tersebut langsung tersorot pada iklan yang ditawarkan.
2. Meningkatkan Brand Awareness
Meski cenderung bersifat hard-selling, display ads mampu meningkatkan brand awareness perusahaan dalam iklannya. Faktanya, konsumen yang membeli produk atau layanan yang disediakan pastinya melihat dulu seperti apa brand atau perusahaan yang mengusungnya. Malahan, mereka bisa berpikir hingga sepuluh kali sebelum memutuskan untuk menggunakan produk atau layanan tersebut.
Display ads dengan segala keindahannya mampu menarik perhatian penggemar untuk mendalami brand yang mengiklankannya, sebelum memutuskan untuk membeli produknya. Apalagi menggunakan teknik iklan remarketing, kita bisa menyasar kembali calon konsumen yang pernah mengunjungi website atau media sosial bisnis, sehingga mereka lebih percaya untuk menggunakan produknya.
Baca Juga: Pilihan Strategi Marketing Kreatif Untuk Brand Awareness
3. Menyasar Target Audiens yang Tepat
Persamaan display advertisement dan strategi digital marketing digital lainnya adalah menargetkan audiens atau konsumen yang sesuai dengan bisnis kita. Layaknya iklan di media digital lainnya, kita bisa menyasar target audiens yang telah ditentukan dalam bisnis untuk melihat display advertisement yang telah dipasang. Manfaat ketiga ini sangat menguntungkan, karena iklan kita benar-benar akan dilihat oleh orang yang relevan dengan produk yang dipasarkan.
Strategi iklan digital dilengkapi dengan tools dari penyedia layanan iklan, seperti Google Display Network dan Facebook Ads Manager. Tools ini sangat membantu dalam membuat parameter spesifik untuk menargetkan iklan kita. Parameternya bermacam-macam, seperti:
- situs web apa yang memunculkan iklan kita,
- orang di daerah geografis mana yang bisa melihat iklan kita, dan
- kondisi demografis atau niche market manakah yang bisa melihat iklan kita.
4. Menyasar Ulang Target Konsumen
Berkat kategori remarketing atau contextual advertising yang disebutkan tadi, display ads bisa menyasar kembali konsumen atau audiens yang sempat tertarik dengan produk atau layanan kita. Istilahnya, audiens ini pernah mengunjungi situs web atau landing page setelah melihat iklan kita, tapi mereka belum sempat membeli atau menggunakan produk atau layanan yang ditawarkan.
Ketika melakukan remarketing, bisa juga memasang iklan yang lebih menarik, misalnya memasang diskon atau harga khusus di kontennya. Tentunya, audiens tidak akan berpikir lebih lama lagi untuk membeli produk kita. Intinya, manfaat retargeting ini cocok untuk menyasar audiens yang sudah tahu dan paham mengenai produk kita, tapi ingin meyakinkan mereka untuk membelinya.
Baca Juga: Remarketing vs Retargeting, Lebih Baik Fokus ke Mana?
5. Menyasar Konsumen secara Langsung
Display ads juga mampu menjangkau pelanggan di lokasi atau daerah tertentu, terutama lokasi yang dekat dengan bisnis kita. Tentunya, metode jangkauan yang disebut geofencing ini bermanfaat untuk bisnis lokal yang baru saja merintis, terutama untuk bisnis makanan atau hotel. Display ads yang dipasangi teknologi geofencing ini bahkan bisa menyasar orang yang sedang berbelanja di shopping mal atau pusat perbelanjaan lainnya.
Tidak hanya itu, geofencing juga bisa memasang perimeter virtual di daerah bisnis kita atau bahkan kompetitor kita. Dari sini, display ads kita bisa muncul di layar pengguna yang berada dekat dengan bisnis kita, apalagi kalau display ads tersebut berisi tawaran diskon atau barang baru. Istilahnya mirip dengan menyebarkan flyer atau brosur kepada orang, hanya saja dilakukan secara digital. Baik konsumen lama maupun konsumen baru, semua bisa kita sasar dengan display ads berteknologi geofencing ini.
6. Mengurangi Kompetisi
Remarketing dalam display ads benar-benar bisa mengurangi kompetisi, apalagi menggunakan teknologi search retargeting. Teknologi ini berguna saat seorang audiens sudah pernah mengunjungi website kompetitor kita, kemudian display ads kita muncul, menawarkan produk atau layanan yang lebih unggul dari kompetitor tersebut. Niscaya, iklan ini pasti akan memengaruhi calon konsumen, kemudian mereka lebih memilih untuk berbelanja di bisnis kita.
Teknologi ini bisa muncul jika kita memilih kategori site placement advertising atau contextual advertising. Jadi, iklan kita benar-benar muncul dalam website yang sesuai dengan isinya, dan audiens pun tertarik untuk menggunakan produk atau layanan yang digunakan.
7. Menjadi Pelengkap Strategi Marketing Lainnya
Salah satu keunggulan display advertising adalah bisa digunakan bersamaan dengan strategi marketing lainnya, termasuk digital marketing. Beberapa penelitian membuktikan bahwa konsumen mulai tertarik mencari tahu tentang bisnis atau perusahaan setelah melihat display ads di suatu situs web. Banyak juga konversi dan transaksi yang terjadi hanya karena konsumen melihat display ads.
Kombinasi display ads dengan teknik digital marketing secara organik, seperti Search Engine Optimization (SEO) bisa mendatangkan angka traffic dan konversi yang tinggi. Meskipun begitu, jangan lupa membangun brand awareness, sehingga banyak orang yang mengenal bisnis atau usaha kita lebih dalam. Perlu diketahui, bisnis atau perusahaan yang sudah melaju duluan menggunakan lebih dari satu strategi marketing agar produk atau layanan mereka dikenal luas.
Baca Juga: 6 Jenis Traffic pada Website
8. Melakukan Pengukuran Efektivitas dengan Mudah
Manfaat terakhir yang didapatkan dari display ads adalah hasilnya bisa dilacak, sehingga bisa diukur skala efektifitasnya. Baik bisnis yang baru merintis atau perusahaan yang sudah lama berdiri, penting untuk melacak dan mencatat hasil pemasaran yang sudah dilakukan, agar bisa dilakukan evaluasi ke depannya. Selain itu, mencatat hasil dari display ads juga berguna untuk mengembangkan bisnis kita ke arah yang lebih baik.
Dari statistik hasil display ads, kita bisa mendapatkan banyak informasi, seperti berapa kali iklan kita dilihat dan diklik oleh pengunjung website. Sejatinya, display advertising adalah strategi iklan untuk membangun brand awareness, jadi angka impression pengguna terhadap iklan kita merupakan faktor utama untuk mengukur kesuksesan iklan yang telah diluncurkan.
Kelemahan Display Advertising
Terlepas dari manfaat display advertising yang ditawarkan tadi, ada pula beberapa kelemahan yang harus diketahui oleh perusahaan. Tiga kelemahan utama dari display advertising adalah:
1. Angka Click-Through Rate (CTR) yang Rendah
Kalau display ads yang dipasang di website berukuran kecil, seperti banner, bisa saja akan dilewatkan oleh pengunjung website. Akibatnya, jumlah klik melalui iklan tersebut menjadi rendah, bahkan lebih rendah dari search ads yang termasuk dalam strategi SEM. Solusi ini bisa diatasi dengan metode remarketing atau iklan multimedia yang lebih unggul di grafisnya.
Baca Juga: Pelajari Organic CTR (Click Through Rate) Melalui Analisa Ini
2. Angka Konversi yang Rendah
Rendahnya jumlah klik yang masuk juga membuat nilai konversi ikut turun. Akibatnya, angka penjualan atau registrasi yang masuk ke website juga rendah, membuat jumlah konsumen tidak ikut bertambah. Display ads lebih cocok untuk mempromosikan produk atau layanan yang berlaku dalam jangka panjang, mengingat audiens yang melihat iklan kita kemungkinan belum tentu untuk membeli produk yang ditawarkan saat itu juga.
3. Ad-Blocker yang Terpasang di Perangkat
Musuh terbesar pengiklan saat memasang iklannya adalah teknologi ad blocker yang terpasang di perangkat penggunanya. Meskipun banyak audiens yang melihat iklan kita, belum tentu mereka memperhatikan produk atau layanan yang kita tawarkan dalam iklan tersebut. Apalagi ad blocker yang terpasang di perangkat mereka, membuat iklan kita tidak akan muncul sama sekali di perangkat tersebut, terlepas dari fakta bahwa mereka termasuk segmentasi pasar perusahaan.
Kelemahan display advertising di atas bukanlah menjadi penghalang untuk melancarkan strategi ini. Sejatinya, ada solusi dari kelemahan kita di atas, seperti menggunakan display ads berjenis video untuk dipasarkan di YouTube apabila kita telah memasang banner iklan di situs web tapi tidak berhasil menjangkau audiens.
Baca Juga: Conversion Rate Adalah Cara Menilai Keberhasilan Strategi
Tujuan Display Advertising
Display advertising juga memiliki tujuannya sendiri, sesuai dengan ekspektasi atau harapan pengiklannya saat mempromosikan produk atau bisnis mereka. Ada empat tujuan yang bisa dicapai dengan display advertising, dan tujuan ini bisa dijadikan sebagai parameter bagi pengiklan dalam mencapai target yang diharapkan.
1. Membangun Brand Awareness
Display advertising bisa digunakan untuk membangun brand awareness sehingga lebih dikenal oleh audiens website kita. Kalau brand kita sudah dikenal luas, niscaya banyak orang yang percaya dan mulai menggunakan produk kita. Sejatinya, display ads lebih cocok digunakan untuk membangun brand awareness dan customer loyalty, jadi gunakan iklan ini untuk menawarkan produk atau layanan yang bertahan dalam jangka panjang dan tidak lekang oleh mode.
2. Meningkatkan Angka Penjualan
Kalau brand awareness sudah meningkat, niscaya banyak audiens yang melakukan konversi dengan cara membeli produk atau layanan yang kita tawarkan. Angka penjualan pun semakin meningkat lantaran kita memasang iklan di situs web yang relevan dengan materi iklan yang kita tawarkan.
Belum lagi, jenis iklan ini menyasar orang yang sesuai dengan segmentasi pasar perusahaan sesuai dengan parameter yang kita atur sebelum iklan tersebut diluncurkan. Karena iklannya benar-benar sampai ke orang yang membutuhkan produk kita, dari sinilah angka penjualan mulai meningkat, tentunya mendatangkan profit bagi perusahaan.
3. Menarik Ulang Pengunjung Website
Baik website visitor bisnis kita atau kompetitor, semua bisa dijangkau dengan display advertising. Pengunjung situs web yang tidak jadi membeli produk atau layanan pun bisa kita sasar kembali dengan iklan ini, asalkan kita menawarkan keunggulannya, termasuk menawarkan diskon atau harga spesial dalam waktu tertentu. Tidak ada audiens yang tidak bisa dijangkau dengan display ads ini, bahkan bisa menarik kembali perhatian mereka yang sempat mencuci mata di e-commerce kita hanya dengan iklan ini.
Baca Juga: Mengenal ‘Digital Marketing Concept’
4. Memelihara Hubungan dengan Calon Konsumen
Seperti yang diungkapkan sebelumnya, display advertising cocok digunakan dalam produk yang dibutuhkan dalam jangka panjang. Display ads juga bisa digunakan untuk memasarkan produk yang membutuhkan proses yang lama dalam pembeliannya. Jadinya, calon konsumen yang sempat melihat iklan dan memasukkan datanya di landing page bisa kita hubungi lagi, sehingga mereka bisa terbantu dalam mendapatkan produk yang diinginkan.
Jenis-jenis Display Advertising
Display advertising memiliki beberapa jenis yang bisa dimanfaatkan oleh pengiklan dalam memasarkan produknya. Tentunya, pengiklan harus menggunakan copywriting dan grafis yang tepat sehingga pesan yang disampaikan langsung diterima oleh orang yang melihatnya. Inilah beberapa jenis iklan grafis (display ads) yang bisa kita terapkan.
1. Banner Ads
Iklan ini berupa banner dan hanya berisi gambar yang dipasang di situs web sesuai dengan posisi yang sudah ditentukan. Disebut pula dengan static ads, karena banner ads hanya berisi gambar, tidak menggunakan audio atau video atau fitur lainnya selain mengarah ke situs web pengiklan saat diklik. Banner ads masih sering kita temukan kalau lagi browsing atau mengunjungi suatu situs web hingga sekarang, tapi tidak ada salahnya menggunakan bentuk iklan lainnya agar menghasilkan CTR yang tinggi.
Display advertisement pertama di dunia yang disebutkan tadi menggunakan jenis iklan banner. Iklan virtual tour tersebut dilaporkan memiliki jumlah klik (CTR) mencapai 44%. Padahal, iklan tersebut memiliki copywriting sederhana, yaitu “Have you ever clicked your mouse right HERE? YOU WILL,” membuat orang yang melihatnya pun penasaran dan mengklik banner ads tersebut.
2. Animated Ads
Ukuran yang digunakan dalam animated ads sama dengan banner ads, hanya saja animated ads lebih mampu menarik perhatian target audiens yang melihatnya. Sesuai namanya, iklan ini berbentuk animasi bergerak, sehingga perhatian orang teralihkan ke display advertising tersebut. Animated advertising memiliki keunggulan dibandingkan static banner ads, karena bisa mengurangi banner blindness, yaitu kondisi di mana audiens mengabaikan banner iklan di suatu situs web.
Meskipun ukurannya kecil, fitur animasi atau gambar bergerak dari iklan tersebut bisa menyita perhatian target audiens pula. Mereka pasti penasaran dan ingin mengklik iklan tersebut berkat kreativitas pengiklan dalam mengemasnya. Belum lagi materi iklan yang dibuat dengan menyisipkan humor atau copywriting yang menarik, membuat audiens yang melihatnya semakin tertarik dengan brand atau produk yang ditawarkan.
3. Interactive Ads
Iklan ini menyediakan fitur yang dipasang, sehingga orang yang melihatnya bisa berinteraksi secara langsung dengan produk, layanan atau brand pengiklan tersebut. Contoh interactive ads adalah playable ads, yang seringkali ditemukan di aplikasi atau games gratis di ponsel. Playable ads ini memberikan kesempatan pada orang yang melihatnya untuk memainkan versi demo dari games tersebut, yang dipasang di iklan tersebut.
Ada juga interactive ads yang berisi ajakan pada pengguna untuk mengisi form atau mengisi polling sebelum mengakses konten situs web yang mereka kunjungi. Nantinya, bisnis atau perusahaan melanjutkan strategi marketing tersebut dengan metode e-mail marketing, yang dikirimkan kepada pengguna atau pengunjung website yang mendaftarkan alamat surel mereka ke situs web tersebut.
4. Video Ads
Contoh display ads ini seringkali ditemukan di YouTube atau situs streaming film lainnya seperti Netflix atau Viu. Jangan salah, video ads juga sering ditemukan dalam display ads dan social media advertising. Ini adalah jenis iklan yang paling menonjol dibanding yang lainnya, jadi tidak sia-sia jika kita menginvestasikan sejumlah uang untuk memproduksi iklan video. Lagipula, lebih murah daripada memasang iklan di televisi, bukan?
Banyak sekali pengguna smartphone yang memiliki HP dengan kualitas tinggi, apalagi untuk memutar video. Video ads juga merupakan jenis iklan yang digemari oleh internet citizen saat ini, mengingat banyak orang yang menghabiskan waktunya menonton video. Pengiklan bisa mendapatkan engagement rate yang tinggi berkat video ads dibandingkan hanya menggunakan banner ads.
5. Expandable Ads
Iklan ini bisa diperbesar (expandable) dari ukuran yang dipasang di suatu situs web, biasanya iklan ini otomatis membesar saat halaman website yang dikunjungi sedang loading. Ada juga pengiklan yang menggunakan expandable ads untuk memulai interaksi dengan pengunjungnya. Biasanya, jenis iklan ini tidak umum, tapi mulai sering digunakan untuk website dengan tampilan desktop atau handphone.
Iklan ini awalnya terlihat seperti jenis iklan lainnya, yang ukurannya kecil dan seringkali diabaikan. Jangan salah, expandable ads bisa menjadi ‘ranjau’, karena langsung membesar hingga dua atau tiga kali lipat saat kursornya diarahkan ke iklan tersebut. Karena fitur ini, ada beberapa pengiklan yang menganggap expandable ads sangat mengganggu kenyamanan pengunjung, meskipun bisa mengurangi banner blindness pengunjungnya.
6. Interstitial Ads
Jenis iklan yang terakhir ini mulai populer seiring dengan meningkatnya teknologi smartphone. Interstitial ads merupakan iklan yang berukuran fullscreen dan menutupi tampilan aplikasi yang sedang dikunjungi dan jarang terjadi di website. Iklan ini muncul saat pengguna sedang berpindah dari satu menu ke menu lainnya dalam aplikasi tersebut, atau ketika aplikasi tersebut sedang loading.
Misalnya, ketika kita menyelesaikan satu sesi belajar bahasa di aplikasi Drops, akan muncul display ads sebelum pengguna kembali lagi ke homepage aplikasi tersebut. Itulah salah satu contoh interstitial ads. Jenis iklan ini muncul kalau pengguna aplikasi menggunakan versi gratisnya. Uniknya, interstitial ads menjadi sarana bagi developer aplikasi atau games untuk mendapatkan penghasilan mereka.
Sebagai seorang pengiklan, kita boleh saja menggunakan semua jenis display advertising tersebut. Asalkan materi iklan kita dilengkapi dengan konten berupa gambar, copywriting, animasi, dan pesan yang menarik, niscaya ada pengunjung yang akhirnya berkonversi menjadi pelanggan kita.
Bagaimana Cara Display Advertising Bekerja?
Banyak sekali pertanyaan yang ada di benak kita mengenai keajaiban pemasaran ini, salah satunya adalah cara kerja display ads. Seperti yang kita tahu, display ads adalah banner berupa gambar atau video yang bisa diklik dan mengarah ke situs web pengiklannya.
Iklan tersebut bisa diklik berkat adanya kode HTML yang diprogram oleh penyedia layanan iklan tersebut. Selain kode HTML, ada juga link yang mengarah ke landing page di dalam kode tersebut. Kode HTML ini semakin rumit apabila pengiklannya memilih jenis interactive atau expandable ads.
Bagaimana awal mulanya ads bisa muncul di halaman situs web? Ketika materi iklan atau kontennya sudah siap untuk dipublikasikan, pengiklan langsung memasang iklannya melalui Google Display Network atau Facebook Ads Manager. Agar iklannya bisa sampai ke target audiens yang tepat, pengiklan melakukan pengaturan pada menu targeting, kemudian melakukan filtering kepada pengunjung situs web yang potensial secara demografis, perilaku atau pengalaman (behavioral), geografis, dan parameter lainnya.
Setelah iklan tersebut dipublikasikan, pengiklan wajib memeriksa dan menganalisa hasil iklan tersebut untuk menentukan tingkat keberhasilannya. Biasanya, mereka memeriksa keberhasilan tersebut lewat parameter berikut:
1. Reach (Jangkauan)
Ketika kita mengukur reach atau jangkauan iklan, artinya kita melihat berapa banyak orang yang melihat iklan kita. Lebih tepat dibilang, iklan kita ini sudah menyasar berapa orang untuk dilihat.
Angka reach ini bisa dijadikan parameter untuk mengukur tingkat efektivitas pemasangan iklan dan targeting yang kita buat, mengingat algoritma periklanan digital bergantung parameter targeting yang kita buat. Kalau iklan kita tidak menjangkau target audiens yang diinginkan, kita bisa menyesuaikan kembali parameter targeting kita.
2. Impressions (Tayangan)
Sekilas mirip dengan reach, karena impressions merupakan angka berapa kali iklan kita muncul di suatu website atau aplikasinya. Bedanya, impressions lebih menekankan pada angka penayangan iklan, terlepas dari segmentasi yang disasar.
Keberhasilan angka impressions yang dicapai bisa membantu kita memetakan potensi angka konversi dari iklan tersebut. Lebih baik conversion rates iklan pun turut tinggi bersamaan dengan angka impressions, bila tidak, kita harus memikirkan ulang mengenai rencana lokasi virtual pemasangan iklan kita.
3. Click Through Rate (Jumlah Klik)
Click-through rate (CTR) merupakan parameter yang krusial dalam menentukan keberhasilan iklan kita, terutama dalam mengukur tingkat engagements. Sesuai istilahnya, CTR merupakan jumlah orang yang telah mengklik iklan kita. Angka CTR juga ditampilkan bersama dengan metrik lainnya dalam statistik keberhasilan iklan yang sudah dijalankan.
CTR juga bisa dihitung sendiri dengan operasi pembagian sederhana untuk menentukan ekspektasi kita dalam memasang iklan. Rumusnya adalah impressions rates dibagi dengan jumlah klik, kemudian dikalikan dengan persen. Misalnya, iklan kita tayang 10000 kali, tapi hanya menghasilkan klik sebanyak 500 kali, maka CTR yang kita dapatkan hanya 20%. Persentase tersebut masih rendah, jadi kita harus memikirkan kembali strategi pemasaran yang sudah dijalankan.
4. Conversion Rate (Jumlah Konversi)
Terakhir adalah conversion rate, parameter yang paling penting karena bisa menghasilkan angka penjualan produk atau layanan yang ditawarkan. Conversion rates merupakan indikator atau tujuan utama yang ingin dicapai dalam menjalankan iklan. Angka konversi merupakan jumlah pengunjung yang mengklik iklan, kemudian melakukan pembelian, mengunduh aplikasi, atau sekedar mendaftarkan e-mail mereka di landing page kita.
Keempat Key Performance Indicators (KPI) tersebut harus diperhatikan sehingga perusahaan bisa mencapai nilai ROI (Return On Investment) yang maksimal, apalagi iklan bertipe PPC ini sifatnya seperti investasi. Artinya, pengiklan biasanya membayar iklan sesuai dengan budget yang dimiliki, kemudian iklan tersebut berjalan sesuai parameter yang telah diukur.
Kalau reach dan impressions masih rendah sehingga sulit mendapatkan jumlah klik, kita bisa mengubah strategi penempatan iklan sehingga sesuai dengan target audiens atau platform perusahaan tersebut. Lain halnya dengan CTR, kalau masih rendah, kita bisa membuat iklan yang lebih menarik lagi di masa depan, atau bisa mengubah bentuk static banner ads menjadi animated ads agar pengunjung landing page kian bertambah.
Ada dua solusi yang bisa dilakukan untuk meningkatkan conversion rates, yaitu melakukan remarketing display ads atau menyasar mereka kembali melalui e-mail marketing. Remarketing ini sangat berguna untuk menjangkau kembali pengunjung website atau landing page yang tidak menyelesaikan pembelian mereka di e-commerce kita. Sedangkan e-mail marketing berguna saat pengguna telah memasukkan informasi e-mail mereka untuk melakukan follow up atas ketertarikan produk yang kita tawarkan.
Baca Juga: Cara Meningkatkan Penjualan Di Facebook
Tips dan Trik dalam Memulai Display Advertising
Ada trik yang bisa kita aplikasikan dalam memasang display advertising sehingga bisa menjangkau banyak audiens dan mendapatkan CTR yang tinggi. Baik dari segi konten maupun targeting, semua ada tips dan triknya sehingga iklan kita sampai ke audiens yang relevan dan benar-benar membutuhkan produk kita. ToffeeDev akan membagikan tips display advertising yang bisa digunakan oleh pengiklan sebelum memasangnya.
Mengatur Konten
Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa dilakukan dalam membuat konten atau materi iklan untuk display ads.
1. Perhatikan Bahasa yang Digunakan
Bahasa yang digunakan dalam display ads kita harus selaras dengan bahasa orang yang tinggal di daerah tersebut. Misalnya, kalau kita memasarkan produk atau layanan untuk penduduk di Jakarta, gunakan bahasa sehari-hari mereka, tapi masih bisa dipahami oleh orang secara keseluruhan. Yang paling penting, apapun bahasanya, susunlah agar selaras dengan landing page dari iklan tersebut.
Gunakan juga bahasa yang komunikatif, biarkan iklan tersebut yang ‘berbicara’ langsung kepada audiens yang melihatnya. Sesuaikan juga segmentasi berdasarkan parameter lainnya, seperti behavior, demografis, dan lain-lain. Niscaya, iklan tersebut langsung mengundang klik dari audiens yang melihatnya, apalagi disesuaikan dengan kebutuhan mereka saat itu pula.
2. Buatlah Iklan yang Menarik
Menarik tidak harus norak, jadi gunakan desain iklan yang terlihat sederhana tapi mampu mengundang perhatian orang yang melihatnya. Tidak ada salahnya menggunakan jasa desainer yang paham dengan sense-of-design serta memiliki pengetahuan yang luas tentang pasar. Gambar atau video yang indah memang suatu keharusan, tapi penting pula memperhatikan konten iklan tersebut sehingga audiens juga langsung mengklik iklan tersebut.
Dalam konten tersebut, bisa juga memasang informasi mengenai diskon dan tawaran terbatas, seperti limited offer, limited edition, dan lain-lain. Orang yang melihatnya pun menjadi tertarik, jiwa Fear of Missing Out (FOMO) mereka pun muncul dan segera melakukan pembelian terhadap produk atau layanan yang ditawarkan.
Bisa juga gunakan informasi mengenai jumlah orang yang tertarik atau sudah membeli produk kita, demi memperoleh kepercayaan atau loyalty dari mereka, sekaligus menunjukkan bahwa kita sudah populer. Semua tawaran tersebut bisa dimasukkan dalam konten iklan dengan font yang lebih menonjol dari yang lainnya.
3. Jangan Menggunakan Banyak Teks
Tips nomor dua tadi bisa dimasukkan ke dalam konten iklan, hanya jangan gunakan banyak teks dalam iklan tersebut. Ini adalah kesalahan yang sering dilakukan dalam mendesain iklan, terutama banner ads, yaitu memberikan informasi yang berlebihan dalam iklan tersebut. Desainer iklan yang baik pasti paham dengan bagaimana menyampaikan pesan hanya dengan display ads mereka.
Detail dalam iklan memang penting, tapi tujuan display ads sesungguhnya adalah menarik perhatian pengunjung situs web dengan visual atau grafis yang ditampilkan, serta mengklik iklan tersebut untuk melakukan pembelian. Triknya, buatlah draf mengenai teks atau informasi apa saja yang mau ditampilkan dalam iklan tersebut. Kemudian, buanglah informasi yang tidak penting, menyisakan kata-kata yang berguna dan akan dimasukkan ke copywriting.
Apabila produk atau layanan yang diiklankan memang membutuhkan informasi detail, lebih baik gunakan video ads untuk mengiklankannya. Bisa juga menampilkannya di landing page, asalkan iklannya penuh dengan ajakan persuasif yang kuat dan berisi keuntungan atau manfaat produk tersebut.
4. Hanya Gunakan Satu CTA
Kesalahan yang sering dilakukan dalam membuat display ads adalah menggunakan lebih dari satu call to action (CTA). Atau ada pula iklan yang menunjukkan informasi produk, tapi tidak ada tombol CTA di desainnya. Display ads seperti inilah yang seringkali tidak menghasilkan CTR yang tinggi, sebab orang yang melihat iklannya memang tertarik dengan produk yang ditawarkan, tapi tidak tahu apa yang harus dilakukan setelahnya.
Iklan pertama di internet tadi, yaitu HotWired menggunakan CTA yang jelas, meski hanya berupa tulisan, sehingga bisa mendapat CTR sebanyak 44%. Gunakan hanya satu CTA, tapi dengan instruksi yang jelas dan mengarah ke landing page iklan tersebut. Bisa juga memasang tombol atau elemen lain dari iklan sebagai CTA untuk mengundang orang yang melihatnya.
5. Buat Landing Page yang Deskriptif
Selain mendesain display ads yang menarik sesuai tips di atas, pengiklan juga harus membuat landing page sebagai tempat transaksi antara brand dan konsumen. Biasanya, landing page dibuat dengan tujuan seperti menjual produk atau layanan, mengumpulkan daftar prospek atau calon pelanggan baru, atau hanya menganalisa permintaan suatu produk. Apapun tujuannya, buatlah landing page yang deskriptif dan tidak terlalu bertele-tele, tapi tetap menggambarkan iklan yang diklik.
Isi utama dari landing page harus berfokus pada beberapa informasi mengenai produk atau layanan yang ditawarkan. Jangan sekali-kali memasukkan informasi mengenai perusahaan atau produk lain yang dimiliki.
Lebih baik membuat landing page terlebih dulu sebelum membuat display ads, sebab iklan kita akan berisi URL yang mengarah ke landing page tersebut. Display advertising yang dibuat pun harus mampu menarik perhatian orang yang melihatnya, sehingga audiens mengklik tersebut, kemudian melakukan konversi sebagai konsumen atau pelanggan.
Untuk membuat landing page, perhatikan tips di bawah ini sehingga menghasilkan conversion rates yang tinggi:
- Gunakan hanya satu CTA dan fokuskan landing page tersebut pada tujuan display advertising yang ditawarkan.
- Deskripsikan keunggulan dan cara kerja produk tersebut di landing page.
- Masukkan juga testimony dan statistik pelanggan yang sudah mencoba produk tersebut sebagai bukti bahwa produk yang ditawarkan telah digunakan oleh banyak orang.
- Buat landing page yang singkat tapi deskriptif dan menjelaskan tentang produk tersebut.
- Jangan gunakan terlalu banyak tombol yang bisa membingungkan pengunjung iklan.
- Buatlah beberapa jenis landing page, dan ujilah mana yang terbaik untuk digunakan.
- Ketika landing page tersebut mengharuskan audiens memasukkan data, buatlah formulir yang sederhana dan mencakup informasi yang dibutuhkan saja. Jelaskan juga tujuan mereka harus mengisi formulir tersebut sehingga mereka pun percaya dengan bisnis kita.
Baca Juga: Apa Itu Cost Per Action dan Bagaimana Cara Kerjanya?
Mengatur Targeting Iklan
Desain display advertising yang menarik menjadi sia-sia apabila tidak diimbangi dengan strategi targeting yang tepat. Penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana menargetkan display advertising sehingga mampu menyasar target audiens yang benar-benar sesuai dengan perusahaan kita.
Gunakan tips berikut ini dalam melakukan targeting iklan:
1. Remarketing Iklan ke Target Audiens yang Tepat
Keunggulan menggunakan display advertising adalah iklan yang sama bisa disasar kembali ke orang yang telah melihatnya demi meningkatkan angka CTR dan konversi. Malahan, strategi remarketing ini sangat penting dalam praktik display advertising. Untuk melakukan remarketing, caranya sederhana, kita bisa mengaktifkan fitur remarket atau retarget di Google Display Network. Dalam fitur remarketing ini, kita juga bisa mengatur ulang target audiens yang ingin kita tampilkan iklannya.
Ada dua pilihan yang bisa kita gunakan untuk melakukan retargeting, yaitu affinity audiences atau audience selection based on intent. Affinity audience adalah menargetkan iklan kepada audiens berdasarkan ketertarikan atau minat mereka. Pilihan ini dianggap lebih unggul karena bisa menjangkau audiens yang benar-benar membutuhkan produk kita.
Sedangkan audience selection based on intent berarti kita menargetkan ulang iklan kepada audiens yang mencari produk atau layanan yang mirip dengan yang kita produksi. Strategi remarketing ini juga cukup brilian saat diaplikasikan, karena bisa mendatangkan jumlah klik bahkan konversi. Istilahnya, kita seolah-olah ‘membujuk’ audiens untuk benar-benar membeli produk perusahaan tanpa membuat mereka berpikir dua kali.
2. Fokuskan Iklan dengan Geotargeting
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, display advertising juga diunggulkan dengan kehadiran geotargeting dari Google Maps. Geotargeting merupakan fitur periklanan yang unggul dan membuat iklan kita bisa menjangkau banyak orang, mengingat dunia maya sangatlah luas dan digunakan oleh semua manusia dari penjuru bumi.
Agar iklan kita tidak ‘tersesat’ dan malah menyasar orang dari belahan bumi lain, gunakan saja geotargeting. Fitur ini bisa membuat iklan kita sampai kepada target audiens yang lokasinya masih relevan dengan bisnis kita. Gunakan fitur ini, sekaligus menyertakan informasi lokasi bisnis kita di materi iklan tersebut sehingga bisa mendapat angka jangkauan yang tinggi.
Bagi pemilik bisnis offline, kita bisa memanfaatkan fitur Google Location Extension untuk menjangkau pelanggan lokal atau yang ada di sekitar kita. Misalnya, kita memiliki restoran di Jakarta Selatan. Ketika kita mengaktifkan fitur ini, bisnis kita akan muncul di mesin pencari saat orang mengetikkan keyword yang sesuai dengan bisnis kita, seperti ‘restoran di jakarta selatan’ atau ‘restaurant near me‘. Agar komunikasi semakin terjaga, kita bisa memasang informasi kontak seperti WhatsApp atau e-mail sebagai alternatif Call To Action.
3. Hindari Situs Web yang Tidak Relevan dengan Iklan
Google Display Network menyimpan banyak sekali keunggulan dalam melakukan display advertising targeting. Salah satunya adalah menghindari iklan kita muncul di situs web yang tidak relevan dengan materinya. Fitur ini bisa membuat kita menghilangkan beberapa situs atau halaman yang tidak cocok menjadi ‘lapak’ untuk mengiklankan produk atau layanan kita. Kita pun bisa memblokir situs web yang tidak bisa menghasilkan CTR atau angka konversi yang tinggi bagi iklan yang sudah dijalankan.
Beberapa kategori yang bisa kita hindari dalam pemasangan iklan adalah topik, perangkat yang digunakan (HP, komputer, tablet), dan kategori aplikasi. Dengan ini, display advertising kita pun muncul di halaman situs web yang tepat dan relevan. Tidak lucu bukan, jika kita menjual pisau untuk keperluan memasak, tapi iklan tersebut malah muncul di berita pembunuhan? Itulah gunanya melakukan seleksi terhadap situs web yang ingin kita tampilkan iklannya.
4. Gunakan Fitur Similar Audiences
Ada juga fitur Similar Audience yang berguna untuk menyaring audiens yang benar-benar menunjukkan ketertarikan terhadap display advertising yang kita pasang. Bila fitur ini dikombinasikan dengan remarketing, niscaya angka konversi kita pun meningkat hingga 41%. Fitur ini akan mencari dan menargetkan iklan kepada audiens dengan karakteristik demografi atau behavior yang sama dengan yang mengunjungi iklan kita.
Begini cara kerja Similar Audiences. Google AdWords akan menyaring pengguna berdasarkan histori pencarian mereka selama 30 hari terakhir. Ketika algoritma Google AdWords menemukan beberapa pengunjung situs yang hampir mirip dengan daftar remarketing kita, otomatis pengunjung tersebut akan dimasukkan ke daftar Similar Audience.
5. Pahami Jenis-Jenis Targeting
Terakhir, kita perlu memahami beberapa bentuk targeting yang ada dalam periklanan digital. Biasanya, penyedia layanan display advertising memiliki daftar pilihan targeting sebagai berikut:
- Keyword Targeting: Iklan akan muncul di website yang dikunjungi sesuai dengan kata kunci (keywords) yang dipasang dalam iklan kita.
- Demographic Targeting: Iklan akan muncul di website berdasarkan profil demografis pengguna.
- Placement Targeting: Iklan akan muncul sesuai dengan website yang kita pilih untuk memasang display ads kita.
- Topic Targeting: Iklan akan muncul di website yang sesuai dengan topik materi iklan kita.
- Interest Targeting: Iklan akan muncul berdasarkan minat pengguna sesuai dengan apa yang mereka cari di search engine.
Itulah kelima tips dan trik yang bisa diterapkan dalam melakukan targeting iklan, sehingga bisa menyasar target audiens yang sesuai serta menghasilkan angka konversi yang tinggi.
Baca Juga: Apa itu A/B Testing?
Pasang Display Advertising bersama ToffeeDev untuk Bisnis Anda
Banyak sekali keunggulan yang bisa didapatkan dari display advertising untuk memasarkan produk atau layanan perusahaan Anda. Belum lagi, Anda bisa bebas membuat jenis display advertising sehingga bisa membangun brand awareness hanya melalui iklan yang disediakan. Dengan melakukan berbagai tips dan trik di atas, iklan Anda bisa mendatangkan angka konversi dan klik yang bisa meningkatkan penjualan Anda.
Display advertising juga merupakan metode pemasaran digital yang unggul digunakan oleh banyak perusahaan dalam mengiklankan produk atau layanan mereka. Jangan sampai ketinggalan, gunakan jasa desain banner ads dari ToffeeDev sebelum meluncurkan display advertising Anda di dunia maya sekarang juga. Kami tidak hanya mendesain banner ads yang menarik, tapi juga profesional dan benar-benar menggambarkan bisnis Anda.
ToffeeDev sebagai digital marketing agency telah bekerjasama dengan ratusan klien, dan kini giliran bisnis Anda untuk kami layani. Jangan khawatir, kami telah melayani bisnis dan perusahaan dari berbagai sektor industri di Indonesia. Hubungi tim kami segera dan revolusi strategi pemasaran bisnis Anda ke arah digital.