Hari ketiga dari acara Google Search Central Deep Dive Bangkok 2025 menjadi penutup yang sangat powerful.
Fokus hari ini: Serving dan Ranking—dua komponen kunci yang menentukan bagaimana konten kita disajikan dan diposisikan di hasil pencarian Google.
Kalau kamu pernah bertanya,
“Kenapa kontenku bagus tapi nggak muncul di Google?”
Hari ini, jawabannya dibongkar tuntas langsung oleh tim Google.
Daftar Isi
Toggle1. Memahami Maksud Query: Lebih dari Sekadar Kata
Google mencontohkan pencarian seperti:
“A nice photograph of fried chicken”
Mesin pencari tidak hanya mencari kata fried chicken atau photograph,
tapi mencoba memahami maksud, konteks, dan harapan visual dari pengguna.
Proses ini melibatkan sekitar 80 sistem paralel, mulai dari:
-
HTML parsing
-
Rendering (termasuk JavaScript)
-
Deduplication
-
Index selection
Google juga membersihkan dan menyegmentasi query,
serta memperluas makna kata seperti photograph menjadi picture, image, dan sinonim lainnya.
2. Sistem Sinonim: Cerdas, Kontekstual, dan Multibahasa
Google menekankan pentingnya sistem sinonim,
terutama dalam memahami query lokal seperti:
“Fried chicken place in Bangkok”
Sistem akan menyertakan hasil dari KFC, Jollibee, restoran lokal,
dan bahkan spelling error pun akan dikoreksi secara kontekstual.
Namun, mereka juga mengingatkan tentang kesalahan masa lalu,
seperti menyamakan maskapai United dan Continental Airlines sebagai sinonim padahal berbeda—dan itu merusak UX.
Pelajaran penting: jangan terlalu menyederhanakan makna.
3. Tulis untuk Manusia, Bukan untuk Mesin
Google mengingatkan agar kita menulis secara natural.
Jangan over-optimize.
Konten harus:
-
Relevan dengan audiens
-
Menyentuh sisi emosional
-
Menyampaikan nilai secara otentik
-
Berdasarkan data yang akurat
Semakin populer suatu topik, semakin bagus sistem mengenali sinonim dan konteksnya—ini bisa menjadi dasar strategi konten jangka panjang.
4. Kualitas = Sinyal Ranking
Salah satu bagian terbaik dari sesi hari ini adalah pembahasan kualitas.
Google menggunakan EEAT (Experience, Expertise, Authoritativeness, Trustworthiness) sebagai pilar kualitas.
Konten harus menunjukkan:
-
Pengalaman langsung
-
Pengetahuan ahli
-
Orisinalitas dan usaha nyata
-
Tujuan utama yang jelas
Kasus nyata juga dibagikan:
AI bisa bantu bikin konten berkualitas dalam 5 jam dibanding 60 jam oleh manusia,
asal fokusnya tetap untuk manusia, bukan manipulasi ranking.
5. Waspadai Spam & Crawl Budget Waste
Tim Google memperingatkan tentang spam dari internal search,
yang sering dimanfaatkan oleh bot (terutama dari China) untuk menyebar halaman palsu.
Risiko:
-
Crawl budget habis sia-sia
-
Brand kamu tercemar
-
Situs bisa terkena penalti
Solusinya: gunakan Search Console untuk pantau anomali crawling dan indexing.
6. Structured Data = Bantu, Bukan Jaminan
Structured data seperti schema dan JSON-LD memang membantu Google memahami isi halaman,
tapi bukan jaminan ranking naik.
Hindari penggunaan berlebihan atau tidak relevan—itu bisa dianggap spam.
Pastikan data yang digunakan akurat dan unik, seperti:
-
ISBN
-
Lokasi toko
-
Review produk yang valid
7. Analisis Data = Gabungkan GSC, GA, dan Trends
Google menyarankan menggabungkan tiga alat utama:
-
Google Analytics untuk traffic
-
Search Console untuk performa pencarian
-
Google Trends untuk interest pasar
Perbedaan zona waktu, sistem pelaporan, dan model pengukuran bisa membuat data tampak tidak sinkron.
Gunakan dashboard gabungan untuk insight yang lebih strategis.
Tips tambahan:
Gunakan chart bubble dan strategi 4 kuadran (CTR vs posisi)
untuk menemukan query yang punya potensi tapi performanya masih rendah.
8. SEO Modern: Temukan, Dipercaya, dan Dicari
Google menekankan bahwa user journey makin rumit.
Orang tidak lagi mencari brand satu kali, lalu beli. Mereka:
-
Cari rekomendasi
-
Bandingkan harga
-
Lihat review
-
Tonton video
-
Lalu kembali lewat Google
Makanya, SEO modern bukan soal ranking semata, tapi soal:
✅ Findability – gampang ditemukan
✅ Identity – brand yang kuat dan otentik
✅ Fidelity – pengalaman pengguna yang memuaskan
Kesimpulan: SEO Bukan Mati, Tapi Berevolusi
Hari ketiga ini menyimpulkan semua:
Google Search masih menggunakan prinsip yang sama—crawling, indexing, serving—
tapi disempurnakan dengan AI, user signals, dan kualitas konten.
SEO yang menang adalah SEO yang adaptif.
Bukan sekadar menulis, tapi mengerti cara kerja sistem.
Bukan sekadar mengejar ranking, tapi membangun brand yang dicari dan dipercaya.
Apakah kamu sudah siap menyambut evolusi ini?