4 Aspek Psikologi dalam Web Design

Sebuah website yang baik, bukan hanya dilihat dari bagaimana penyampaian konten dan bagaimana web tersebut terlihat bagus. Ketika viewers melihat website kamu, pikiran dan perasaan mereka tengah membentuk citra dari perusahaan kamu – positif atau negatif – dan kamu tidak bisa mengubah itu, kamu hanya bisa mengendalikannya. Bagaimana caranya? Mari kita telusuri beberapa aspek psikologi yang ternyata mempengaruhi viewers saat melihat sebuah website.

  1. Content

Untuk website, konten yang ada dan yang mau dibaca oleh viewers  tergantung bagaimana design-nya di layar. Design akan membantu mereka (re:viewers) untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan dengan mudah dan cepat.

Sebuah konten harus teorganisir, dan terkadang dalam sebuah konten, kamu harus menyisipkan sedikit kesenangan agar visitors merasa senang ketika membaca konten website kamu. Gambar merupakan salah satu contoh yang bisa kamu sisipkan di konten website kamu. Dan selalu ingat, buatlah konten website yang berkaitan dengan kamu dan perusahaan. Sekali saja kamu membuat konten website yang tidak sesuai, maka kecil harapan viewers akan kembali mengakses website kamu.

     2. Space

Jika hal pertama yang harus diperhatikan adalah konten, sekarang kita bicara masalah space pada website. Jika kamu belum familiar, ‘white space’ adalah sebuah area yang terdapat dalam website dimana pada area tersebut tidak ada konten maupun visual elemen yang terlihat. Hal ini bertujuan agar visitors dapat merileks-kan matanya ke area tersebut jika ia tengah lelah membaca konten web kamu.

Jika seorang visitor melihat web kamu yang penuh dengan grafik, gambar, kata-kata dan lain sebagainya, itu akan membuat mereka lelah dan menjadi kurang nyaman. Namun, jika terdapat white space maka mereka memiliki ruang untuk ‘istirahat’ sejenak.

3. Colours

Ketika mendesign sebuah website, tentu warna yang dipilih adalah warna yang menunjukkan siapa kamu dan perusahaan. Atau yang biasa sering terjadi adalah warna yang digunakan untuk web adalah warna yang sudah melekat pada brand perusahaan kamu. Jika warna brand kamu didominasi oleh warna biru dan kuning, maka warna yang lebih sering muncul pada web juga warna tersebut.

Tapi, tahukah kamu jika penggunaan warna netral seperti putih, hitam, dan abu-abu sedikit banyak mempengaruhi design websitemu? Jadi selalu sisipkan warna netral pada design kamu.

     4. Typography

Tahukah kamu, kalau typography dapat membawa jutaan emosi pada sebuah website? Terdapat ribuan typefaces, dan berterima kasihlah kepada CSS3 yang telah membawa itu semua. Typefaces diciptakan untuk digunakan untuk berbagai situasi dan tujuan. Misal, font Serif (yang biasa digunakan, Times New Roman)  dihubungkan sebagai bentuk profesionalisme, cendekiawan dan keseriusan. Sedangkan san-serif (seperti, Helvetica) terkesan lebih modern, bersih dan lebih informal.

Sebagai contoh, website ‘New York Times’ menggunakan font Serif karena itu dapat membantu menyampaikan rasa dari sebuah tradisi, kepentingan dan pengetahuan. Mereka ingin si pembaca paham betul bahwa informasi yang disampaikan itu penting dan bahwa mereka pun tau apa yang mereka tulis dalam web-nya.

 

Ke-empat aspek psikologi ini sangat penting untuk seorang designer dalam mendesign sebuah website. Ini tidak hanya membantu mereka dalam mengkreasikan sebuah web, namun juga dapat membantu sang designer untuk membuat web tersebut menjadi lebih efektif dan menarik untuk dikunjungi. So, will you apply these theories to your website?

Share this post :

Scroll to Top
WhatsApp chat