Soft Selling Vs Hard Selling: Mana yang Cocok untuk Strategi Bisnis Anda?

Soft Selling Vs Hard Selling

Dalam melakukan pemasaran, terdapat beberapa cara yang dapat Anda lakukan, diantaranya soft selling vs hard selling. Kedua metode ini memiliki cara kerja yang berbeda meskipun tujuannya sama, yaitu meningkatkan penjualan.

Soft selling cenderung lebih halus dalam mempromosikan produk. Berbeda dengan hard selling yang lebih terbuka dan langsung. Masing-masing metode memiliki peran tersendiri dan membawa pengaruh terhadap perkembangan bisnis yang sedang dijalankan.

Apa Itu Soft Selling?

Soft selling merupakan metode pendekatan dalam penjualan yang menggunakan gaya bahasa yang cenderung halus dan persuasif. Sisi persuasif ini yang menjadi poin penting dalam soft selling. Dalam kata lain, pelanggan didorong untuk mengeksplor terlebih dahulu produk yang ditawarkan sebelum melakukan pembelian. 

Melalui metode soft selling, pelanggan tidak akan merasa bahwa mereka sedang ditawarkan sebuah produk. Penawaran produk pada metode ini sangat halus, ramah, dan pelan namun pasti. Penjualan secara halus ini terbukti membuat nyaman para pelanggan, lantaran mendapat informasi yang bermanfaat terlebih dahulu sebelum ditawarkan sebuah produk.

Apa Itu Hard Selling?

Hard selling merupakan metode penjualan yang langsung masuk ke inti utama saat mempromosikan produk. Biasanya metode ini terlihat lebih lugas serta tanpa basa-basi. Metode penjualan ini seringkali diterapkan perusahaan yang ingin menjual produk secara cepat tanpa memperhitungkan dampak jangka panjang.

Metode hard selling fokus mendorong pelanggan untuk langsung membeli produk yang ditawarkan. Pemilik bisnis tidak akan melakukan follow up lantaran tujuan utamanya telah tercapai. Hubungan antara pembeli dan penjual pun cenderung tidak berlanjut karena tidak dibangun dan dirawat.

Baca Juga: 6 Cara Meningkatkan Brand Awareness dengan Cepat

4 Perbedaan Soft Selling dan Hard Selling

Perbedaan Soft Selling dan Hard Selling

Perbedaan soft selling vs hard selling dapat dilihat dari jangka waktu penjualan, ketertarikan konsumen, dan bidang industri yang menerapkannya. Berikut masing-masing penjelasannya.

1. Jangka Waktu Penjualan

Soft selling ditargetkan untuk jangka waktu penjualan yang cukup panjang. Hal ini karena tujuannya tidak untuk penjualan saja, tetapi juga untuk mengembangkan jangkauan konsumen. Selain itu, metode soft selling tidak hanya berisi penawaran produk, tetapi ada informasi bermanfaat yang akan pelanggan dapatkan.

Sementara itu, hard selling menggunakan sistem yang mendorong konsumen melakukan transaksi secara langsung saat itu juga. Dari proses yang dilalui, jangka waktu penjualan hard selling cenderung pendek. 

Dalam sebuah penelitian, metode soft selling dianggap lebih bagus. Namun, dalam beberapa kondisi tertentu, metode hard selling dinilai efektif juga. Untuk menentukan penggunaan metode soft selling dan hard selling dapat dilihat berdasarkan kebutuhan bisnis Anda.

Baca Juga: Suggestive Selling: Arti dan 4 Teknik yang Dapat Dicoba

2. Ketertarikan Konsumen

Soft selling dianggap lebih menarik bagi pelanggan, karena memiliki jangka waktu penjualan yang panjang. Bahkan informasi yang disisipkan dalam metode soft selling tidak hanya bermanfaat bagi pembaca itu sendiri, tetapi bisa direkomendasikan pada pelanggan lain. 

Dalam metode soft selling, pelanggan cenderung dibuat penasaran, sehingga mereka akan membeli produk yang ditawarkan. Selain itu, metode ini dianggap bagus dalam menggambarkan image perusahaan.

Metode hard selling juga dapat menarik minat konsumen, hanya saja jangka waktunya relatif lebih pendek. Dalam hal ini, pelanggan tidak diberi kesempatan untuk mengeksplorasi produk yang ditawarkan secara lebih dalam. Sebab itu, sisi ketertarikannya juga akan berlangsung lebih singkat.

Jasa SEO

3. Industri yang Menggunakannya

Setiap bisnis dapat menerapkan kedua metode penjualan ini dalam memasarkan produknya. Bahkan sangat mungkin apabila menggunakannya dalam waktu yang bersamaan. Namun, umumnya hard selling digunakan oleh industri seperti keuangan perbankan, asuransi, dan sejenisnya. Sedangkan, soft selling biasanya diterapkan pada bisnis seperti jasa konsultan, manufaktur, dan bisnis lain yang serupa. 

4. Promosi yang Dilakukan

Bentuk promosi soft selling biasanya lebih halus, seperti memberi informasi berharga terlebih dahulu kepada pelanggan. Lalu, perlahan memperkenalkan produk sebagai solusi yang pelanggan butuhkan. Selain itu, soft selling kerap kali memberikan sampel produk kepada pelanggan guna memperkenalkan produk secara lebih detail.

Sedangkan bentuk promosi hard selling dapat Anda lihat contohnya pada banner promosi diskon besar-besaran atau flash sale di platform belanja online. Bentuk promosi hard selling bersifat ketergesaan dengan menggunakan diksi seperti ‘harga spesial’ atau limited edition. Hal ini dilakukan agar pelanggan segera membeli produk Anda. 

Soft Selling vs Hard Selling: Mana yang Lebih Cocok untuk Bisnis Anda

Soft Selling vs Hard Selling Mana yang Lebih Cocok untuk Bisnis Anda

Soft selling dan hard selling, kedua metode ini cocok diterapkan pada bisnis Anda. Sebab, kedua metode ini sama-sama penting, tetapi diperlukan untuk situasi yang berbeda tergantung dengan kebutuhan bisnis Anda. Lalu, kapan sebaiknya menerapkan soft selling dan hard selling pada bisnis? Simak penjelasannya di bawah ini.

Kapan Anda Harus Melakukan Soft Selling?

Jika Anda ingin memperoleh pelanggan yang loyal sekaligus meningkatkan brand awareness, maka sebaiknya Anda menggunakan soft selling. Anda mungkin tidak akan mendapat penjualan saat melakukan pendekatan pertama kali, tetapi soft selling dapat membantu penjualan berulang dalam jangka panjang. Hal ini dapat terjadi karena soft selling menggunakan teknik penjualan persuasif dengan bahasa yang halus.

Baca Juga: Mengapa Perlu Melakukan Riset Pemasaran?

Kapan Anda Harus Melakukan Hard Selling?

Metode hard selling dapat dilakukan saat Anda ingin mendapat prospek penjualan yang cepat dan sederhana. Jangka waktu penjualan hard selling cenderung lebih singkat, sebab dibatasi oleh waktu. Untuk itu, iklan hard selling dapat dibuat secara berulang untuk menarik minat pelanggan, misalnya setahun lima kali. Hal ini dilakukan karena hard selling tidak berpotensi melakukan penjualan berulang seperti soft selling. 

Bagaimana? Apakah Anda sudah mendapat jawaban akan menggunakan metode penjualan yang mana? Sebenarnya, soft selling dan hard selling memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Keberhasilan penjualan dikembalikan lagi pada strategi bisnis yang Anda jalankan. Baik itu soft selling vs hard selling, keduanya dapat Anda terapkan bahkan dalam waktu yang bersamaan.

ToffeeDev menawarkan layanan digital marketing dapat membantu mempromosikan produk Anda dengan metode soft selling dan hard selling secara bersamaan. Melalui strategi SEO dan SEM, Anda dapat membangun brand awareness sekaligus meningkatkan penjualan. Hubungi kami sekarang juga untuk solusi penjualan online Anda. 

Share this post :

Scroll to Top
WhatsApp chat