Tentu Anda pernah menemukan dua versi atau tampilan akhir yang berbeda ketika membuat sebuah website atau aplikasi. Anda bisa menerapkan metode A/B testing untuk menentukan versi terbaik yang siap diluncurkan. A/B testing adalah metode komparatif yang tidak boleh dilewatkan dalam mengembangkan website atau aplikasi.
Apakah yang dimaksud dengan A/B testing itu? Bagaimana langkah melakukan A/B testing yang benar dalam mengembangkan website? Simak artikel ini untuk menemukan jawabannya!
Daftar Isi
TogglePengertian A/B Testing
A/B testing adalah metodologi komparatif berupa perbandingan antara dua versi dari sebuah halaman website atau aplikasi untuk menentukan versi mana yang lebih baik performanya. Istilah A/B testing juga disebut sebagai split testing.
A/B testing pada dasarnya merupakan sebuah eksperimen yang melibatkan dua atau lebih variasi dari suatu halaman untuk ditampilkan kepada pengguna secara acak. Dalam A/B testing analisis statistik digunakan untuk menentukan varian mana yang lebih baik untuk mencapai tujuan konversi tertentu.
Dalam penerapannya di bidang pemasaran, A/B testing dapat ditelusuri hingga tahun 1960-an dan 1970-an, ketika metode ini digunakan untuk membandingkan berbagai pendekatan pada iklan. Kini, A/B testing digunakan untuk mengevaluasi segala jenis pemasaran digital, mulai dari email marketing, landing page, hingga website dan aplikasi.
Baca Juga : Yuk, Cari Tahu Biaya Instagram Ads untuk Promosi Bisnis Anda!
Fungsi A/B Testing
A/B testing memiliki banyak fungsi dalam penerapannya. Seperti apa fungsi A/B testing dalam pembuatan website?
1. Mengatasi Masalah yang Dialami Pengunjung
Ketika mengunjungi website Anda, pengunjung mungkin akan menemukan berbagai masalah, seperti tombol call-to-action (CTA) yang tidak berfungsi, teks yang tidak terbaca dengan baik, atau tata letak halaman website yang kurang website. Akibatnya, mereka tidak merasakan pengalaman yang baik sehingga berdampak pada penurunan angka konversi. A/B testing dibutuhkan supaya Anda bisa mengidentifikasi sumber masalah yang dialami pengunjung dan memperbaikinya.
2. Memperoleh ROI yang Lebih Tinggi dari Traffic yang Sudah Ada
A/B testing juga berguna dalam memaksimalkan ROI dari traffic website atau landing page yang sudah ada melalui perbaikan konversi. A/B testing membantu mengidentifikasi perubahan yang perlu dilakukan dan memiliki dampak positif pada UX untuk meningkatkan konversi yang lebih banyak. Tentunya A/B testing dinilai lebih hemat biaya daripada membuat landing page yang baru.
3. Mengurangi Bounce Rate
Bounce rate adalah metrik yang digunakan untuk menilai jumlah orang yang langsung meninggalkan halaman website setelah melihatnya secara sekilas. Intinya, pengguna tidak menghabiskan waktu yang lama dalam satu halaman website tersebut. A/B testing bermanfaat untuk mengurangi bounce rate dengan cara mengidentifikasi halaman website yang kurang menarik dan mengubah beberapa hal yang dianggap bermasalah. Setelahnya, pemilik website akan membuat versi yang berbeda dan menerapkannya hingga terjadi peningkatan kinerja.
4. Menerapkan Modifikasi dengan Minim Risiko
Selalu ada risiko dalam membuat perubahan besar pada website Anda. Contohnya, tidak adanya ROI yang tinggi setelah menerapkan metode periklanan yang baru. A/B testing berguna untuk menerapkan beberapa perubahan kecil dalam membuat iklan sehingga meminimalkan risiko kerugian.
5. Mendesain Ulang Website untuk Meningkatkan Keuntungan Bisnis
A/B testing berguna apabila Anda memutuskan untuk merancang ulang website. Seperti halnya metode A/B testing lainnya, Anda akan membuat dua versi website yang berbeda. Kemudian, Anda akan mengukur hasilnya setelah memperoleh jumlah pengunjung yang signifikan. Namun, A/B testing tidak boleh berakhir setelah Anda meluncurkan versi terbaru sebuah website. Justru sebaliknya, A/B testing berguna untuk menyempurnakan elemen dalam website Anda.
Baca Juga : 5 Cara Memasarkan Produk Secara Online
Langkah-Langkah Melakukan A/B Testing
A/B testing memiliki fungsi yang besar dalam mengembangkan website atau aplikasi. Pertanyaannya, bagaimana cara melakukan A/B testing? Berikut langkah-langkahnya mulai dari tahap awal sampai selesai.
1. Pengumpulan DataÂ
Dalam pengumpulan data, gunakan alat analisis yang dibutuhkan sesuai dengan elemen yang akan diuji. Contohnya, Anda bisa menggunakan Google Analytics untuk mengetahui elemen website yang akan dioptimasi. Mulailah dengan mengetahui elemen website atau aplikasi yang memiliki traffic tinggi supaya Anda bisa mengumpulkan data lebih cepat. Untuk mengoptimasi conversion rate, Anda bisa mencari halaman dengan bounce rate atau drop-off rate yang tinggi, tetapi masih bisa ditingkatkan.
2. Penentuan TujuanÂ
Setelah mengetahui elemen yang bermasalah, Anda bisa menetapkan tujuan A/B testing. Tujuan ini sangat bermanfaat agar Anda bisa fokus pada perbaikan yang harus dilakukan. Tujuan A/B testing bisa berupa elemen apa pun, mulai dari meningkatkan angka klik tombol atau tautan hingga pembelian produk.
3. Pembuatan Hipotesis A/B Testing
Setelah menetapkan tujuan, Anda bisa mulai menghasilkan ide dan hipotesis A/B testing. Hipotesis berbicara tentang alasan versi yang baru dinilai lebih baik daripada versi saat ini. Pastikan Anda memiliki daftar ide dari hasil hipotesis tersebut. Setelahnya, buatlah daftar prioritas berdasarkan dampak yang diharapkan serta tingkat kesulitan implementasi.
4. Mulai Membuat Versi Terbaru
Anda bisa menggunakan beberapa software atau aplikasi yang digunakan untuk membuat versi terbaru berisi perubahan dari halaman website atau aplikasi. Versi terbaru yang dibuat bisa berupa mengubah warna tombol, menukar urutan elemen pada template halaman, menyembunyikan elemen navigasi, dan sebagainya. Pastikan Anda membuat variasi yang berbeda sesuai dengan harapan yang ingin dicapai.
5. Menjalankan Eksperimen A/B Testing
Proses ini melibatkan partisipasi dari pengunjung website atau aplikasi untuk memberikan penilaian. Mulailah menjalankan eksperimen A/B testing yang dibuat dan tunggu pengunjung berpartisipasi! Hasil performa A/B testing akan diperoleh dari hasil pengukuran interaksi pengunjung selama menjelajahi website Anda.
6. Menunggu Hasil TesÂ
Waktu penghitungan A/B testing diperoleh dengan memperkirakan jumlah ukuran sampel atau target audiens Anda. Tentunya diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk memperoleh hasil yang memuaskan.
7. Analisis Hasil A/B Testing
Setelah eksperimen selesai, tiba saatnya menganalisis hasilnya. Software A/B testing yang digunakan akan menyajikan data dari eksperimen dan menunjukkan perbedaan antara performa dari dua versi tersebut untuk menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik.Â
Apabila versi terbaru yang diterapkan sudah berhasil, cobalah untuk menerapkannya juga pada halaman lainnya di website Anda. Kembangkan terus eksperimennya untuk memperoleh hasil yang lebih memuaskan. Sebaliknya, jika ada hasil yang negatif atau malah tidak ada hasil, jangan khawatir. Gunakan eksperimen yang telah dilakukan sebagai pengalaman belajar dan buat hipotesis baru yang dapat diuji pada A/B testing berikutnya.
Baca Juga : 8 Cara Mempercepat Loading Website
Contoh Penerapan A/B Testing
Untuk memperjelas langkah-langkah A/B testing yang akan diterapkan, cobalah melihat tiga contoh penerapannya berikut ini.
1. A/B Testing dalam Bisnis
A/B testing dalam bisnis diterapkan ketika perusahaan ingin meningkatkan angka konversi penjualan produknya. Perusahaan bisa menerapkan A/B testing pada halaman check out dengan tujuan untuk mengetahui jika penambahan opsi pembayaran dengan dompet digital bisa meningkatkan konversi dibandingkan opsi pembayaran yang sudah ada. Perusahaan bisa membuat dua versi halaman yang sama dengan satu versi berisi penambahan elemen tersebut, kemudian melacak angka konversinya.
2. A/B Testing dalam Mobile App
Dalam pembuatan mobile app, A/B testing lebih sering digunakan ketika pengembang ingin menambahkan fitur baru. Contohnya, pengembang ingin meningkatkan jumlah pengguna yang mengunggah di media sosial melalui aplikasinya. Mereka bisa melakukan A/B testing pada desain tombol ‘Bagikan’ pada halaman yang menampilkan unggahan pengguna.Â
Versi pertama yaitu tombol bagikan berwarna merah atau dan versi kedua menampilkan tombol warna hijau. Kemudian, mereka dapat melacak jumlah pengguna yang mengeklik masing-masing tombol dan melihat jika warna tertentu dapat meningkatkan jumlah pengguna yang memposting di media sosial.
3. A/B Testing Dalam Website
Terakhir, Anda bisa menerapkan A/B testing dalam membuat website. Contohnya, Anda ingin meningkatkan jumlah pengguna yang mengisi formulir kontak pada halaman ‘Kontak Kami’. Anda bisa melakukan A/B testing pada desain formulir kontak dengan menambahkan atau menghapus beberapa field pada formulir.Â
Anda dapat membuat dua versi formulir kontak yang sama, tetapi versi pertama memiliki lebih banyak field dibandingkan versi kedua. Kemudian, Anda bisa melacak jumlah pengguna yang mengisi masing-masing formulir dan melihat jika terdapat perubahan pada jumlah field bisa meningkatkan jumlah pengguna yang mengisi formulir kontak.
Kesimpulannya, A/B testing adalah tahapan yang berguna untuk mengetahui keberhasilan proses pengembangan website atau aplikasi yang telah dibuat. Tidak hanya itu, A/B testing juga bisa diterapkan ketika membuat iklan dan landing page.Â
Tentunya proses A/B testing memakan waktu yang cukup signifikan apabila Anda sedang merancang strategi pemasaran digital. Solusinya, bekerjasamalah dengan ToffeeDev dan gunakan jasa digital marketing kami. Anda bisa memilih beberapa metode digital marketing yang sesuai dengan tujuan bisnis, mulai dari SEO sampai iklan Google Ads. Hubungi kami segera dan mulailah bekerja sama dengan ToffeeDev, digital marketing agency Indonesia!