Branding Vs Quality Vs ‘Good’ enough

baliho-pilkada-jakarta

Belakangan ini kita di ramaikan dengan berita mengenai pilkada serentak. Dan yang membuat paling ramai, tentu saja pilkada Jakarta dengan 3 kandidat.

Dan pertarungan ini sangat menarik minat banyak orang. Namun saya juga melihatnya dari sisi Marketing. Menurut saya, ini dapat menjadi pembelajaran Kampanye Marketing yang cukup baik apabila kita cukup baik melihatnya hanya dari sisi Matketing.

Strategi yang terlihat cukup jelas adalah Branding, Quality of Product, Mediocre Product. Produk yang di maksudkan adalah pasangan cagub & cawagub.

Silahkan berpartisipasi dengan menuliskan komentar anda di bawah dengan menuliskan dari sisi pemasaran. Mari kita mulai.

Pasangan #1 – Branding Strategy

Spanduk “pilih pasangan #1” adalah yang paling banyak di daerah Jakarta. Kalau anda menyempatkan diri untuk jalan-jalan hingga ke dalam perumahan, maka bisa dipastikan anda akan melihat spanduk pasangan ini.

Mereka memastikan semua orang teringat dengan muka orangnya. Saya melihatnya mirip dengan produk kopi instan yang dengan gencar memasarkan produk mereka melalui iklan namun tidak mengedepankan kualitas.

Pasangan ini juga tidak memperjelas kualitas yang mereka miliki. Kesempatan untuk memperjelas kualitas datang melalui debat yang diadakan oleh beberapa media. Padahal dari sisi branding, sampai tulisan ini saya buat, sudah menunjukkan hasil yang cukup baik.

Pasangan #2 – Quality of Product

Berbeda dengan pasangan #1, pasangan ini tidak menggunakan poster/spanduk selama kampanye. Bahkan dari berita yang saya dapatkan, mereka memang dengan sengaja  tidak menggunakan spanduk.

Lalu bagaimana strategi marketing pasangan #2? Mereka mengedepankan kualitas. Dalam hal ini, mereka mempromosikan hasil pekerjaan mereka sebelumnya & program kerja (Visi Misi) di masa depan.

Strategi kampanye mereka di mulai sejak lama dan terus dijalankan sampai masa kampanye ini, mereka menggunakan kesempatan yang ada untuk berpromosi.

Pasangan #3 – ‘Good’ Product

Dari pengamatan saya, pasangan #3 memiliki produk yang baik. Namun hanya Baik. Atau saya lebih suka menyebut-nya sebagai mediocre. Di bilang sangat baik, tidak. Dibilang buruk, juga tidak. Sehingga promosi selama kampanye juga mediocre.

Mereka menggunakan Spanduk (walaupun tidak sebanyak pasangan #1), mereka juga menggunakan Visi Misi. Tetapi semuanya tidak AllOut dan belum di temukan kelebihan yang menonjol dibandingkan pasangan lain.

Dalam kampanye pemasaran, harapkan ada Negative Campaign.

Selama promosi, tidak semua orang akan menyukai produk anda. Oleh karena itu, negative campaign dapat di temukan dalam setiap promosi. Mulai dari: Produknya tidak enak, belum ada sertifikat ‘Halal’, sampai ‘Rasa’nya biasa aja.


Yang menarik, setidaknya untuk saya perhatikan dan belajar, dari pilkada di Jakarta adalah, mana strategi marketing yang akan unggul? Branding, Quality of Product, atau ‘Good’ Product.

Berikan komentar mengenai pandangan anda di bawah.

Source gambar: DetikCom

Share this post :

Scroll to Top
WhatsApp chat