Tahukah Anda bahwa ada banyak bentuk kerja sama? Usaha patungan atau yang sering dikenal sebagai joint venture adalah salah satu bentuk kerja sama yang sering ditemukan di dunia bisnis.
Fenomena joint venture sudah tidak asing lagi di Indonesia. Sudah banyak perusahaan yang saling bekerja sama dan membentuk kesepakatan joint venture sehingga menghasilkan produk yang inovatif. Berkat perkembangan zaman dan pesatnya globalisasi, joint venture bahkan bisa dilakukan dengan perusahaan asing.
Joint venture memberikan manfaat bagi kedua belah pihak yang saling bekerja sama. Namun, ada juga risiko yang ditanggung selama menjalankan program joint venture. Apa saja kelebihan dan risiko dari bentuk kerja sama ini? Simak artikel ini untuk mengetahui jawabannya!
Daftar Isi
ToggleApa Itu Joint Venture?
Dalam bagian ini, Anda akan memahami tentang definisi joint venture serta kelebihan dan risikonya. Lihat penjelasannya!
Definisi Joint Venture
Joint venture adalah bentuk kerja sama bisnis yang dilakukan oleh dua atau lebih badan usaha selama periode waktu yang telah disepakati. Setiap perusahaan mempunyai tujuan yang berbeda dalam melakukan joint venture sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat.Â
Joint venture berakhir setelah tujuan yang ditetapkan tercapai dengan baik, kecuali jika para pihak yang terlibat memutuskan untuk melanjutkan kerja sama tersebut. Selain waktu, batasan dalam joint venture juga diatur berdasarkan pencapaian tujuannya. Maksudnya, jika tujuan joint venture tercapai, kedua belah pihak bisa memutuskan untuk tidak melanjutkannya.
Oleh karena joint venture merupakan kerja sama, maka dua belah pihak harus membuat perjanjian kontrak yang disepakati bersama. Isi dari kontrak joint venture biasanya mencakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, pembagian keuntungan, sumber daya yang digunakan, dan sebagainya.
Setiap pihak yang terlibat dalam joint venture menyumbangkan aset dan berbagi risiko secara bersama. Bisa dikatakan bahwa joint venture merupakan bentuk kolaborasi modal antara dua perusahaan atau lebih.
Baca Juga:Â SEO Facebook: Strategi Optimalisasi Media Sosial untuk Jangkauan yang Lebih Luas
Tujuan dan Keuntungan Joint Venture
Tidak heran jika banyak perusahaan Indonesia memutuskan untuk menjalankan joint venture dengan perusahaan lainnya, baik dalam negeri maupun luar negeri. Alasannya, joint venture memberikan tujuan dan keuntungan sebagai berikut:
1. Menggabungkan Sumber Daya
Perusahaan yang terlibat dalam joint venture bisa menggabungkan sumber daya yang dimiliki. Daya saing perusahaan dalam industri yang digelutinya pun meningkat sehingga berpotensi mencapai kesuksesan bisnis yang lebih besar.
2. Kolaborasi dalam Keahlian
Dalam joint venture, dua belah pihak bisa saling melengkapi melalui kolaborasi keahlian dan pengetahuan. Kolaborasi ini akan menghasilkan produk atau output kerja sama lainnya yang lebih unggul dibandingkan produk sebelumnya yang dibuat sebelum adanya joint venture.
3. Efisiensi Biaya
Kesepakatan dalam joint venture juga mengatur pembagian biaya antara kedua belah pihak, seperti biaya promosi, produksi, operasional, dan sebagainya. Efisiensi biaya pun meningkat sehingga setiap pihak menanggung beban yang sesuai dengan kapasitasnya.
4. Mengurangi Persaingan
Joint venture bisa menjadi strategi untuk menghindari persaingan langsung dengan kompetitor. Perusahaan yang terlibat dalam joint venture bisa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, tetapi tidak melanggar ketentuan monopoli usaha.
5. Inovasi Bisnis
Kolaborasi dalam sumber daya, pengetahuan, dan keahlian bisa menghasilkan inovasi dalam pengembangan produk. Dari hasil inovasi tersebut, dua belah pihak bisa menjangkau target pasar baru. Tidak jarang joint venture membuat perusahaan bisa menjangkau target pasar mancanegara setelah bekerja sama dengan perusahaan asing.
Baca Juga:Â Partner Adalah: Definisi, Jenis, dan Manfaatnya
Risiko Joint Venture
Di balik tujuan dan keuntungan di atas, joint venture menyimpan sejumlah risiko yang perlu disadari. Apa saja risikonya?
1. Tujuan yang Kurang Jelas
Risiko yang pertama adalah munculnya tujuan joint venture yang kurang jelas sehingga pengerjaan proyek terhambat. Ketidakjelasan tujuan ini bisa disebabkan karena kurangnya komitmen dari masing-masing pihak dalam mencapai kesuksesan proyek tersebut. Komunikasi yang kurang efektif dan ketidakjelasan dalam struktur organisasi juga bisa menjadi penyebab tujuan joint venture dinilai kurang jelas.
2. Kurang Fleksibel
Joint venture berisiko membatasi atau menghilangkan fleksibilitas sehingga setiap pihak harus fokus pada tugas yang telah ditentukan. Joint venture juga didasarkan pada sebuah kontrak, sehingga segala bentuk keputusan yang tidak sesuai dengan kontrak kerja bisa menyebabkan kerugian besar bagi semua pihak yang terlibat.
3. Munculnya Ketidaksetaraan dalam Pembagian Tanggung Jawab
Tidak sedikit joint venture yang berakhir dengan kegagalan. Kegagalan tersebut diakibatkan oleh pembagian tanggung jawab yang kurang seimbang. Perencanaan pembagian peran dan tanggung jawab yang kurang jelas juga bisa menghambat kerja sama dalam mencapai tujuan yang telah disepakati.
4. Ketidakseimbangan Modal
Selain ketidaksetaraan dalam pembagian tanggung jawab, pembagian aset atau modal yang kurang seimbang juga menjadi risiko yang perlu dipertimbangkan. Apabila terjadi ketidakseimbangan dalam modal, salah satu pihak akan merasa tertekan atau tidak adil sehingga progres kerja sama pun terhambat.
5. Benturan Budaya (Culture Shock)
Risiko ini bisa terjadi terutama jika mengadakan joint venture dengan perusahaan asing. Tidak perlu perusahaan asing, perusahaan yang masih sama-sama berada di negeri yang sama juga memiliki budaya kerja dan gaya manajemen yang berbeda. Tidak jarang terjadi benturan dan kesulitan dalam beradaptasi sehingga bisa menghambat komunikasi yang efektif, kolaborasi yang harmonis, dan integrasi yang sukses dalam joint venture.
Jenis-Jenis Joint Venture
Ada dua jenis joint venture yang dilakukan oleh perusahaan, yaitu:
1. Joint Venture Bersama Pemodal Lokal
Jenis joint venture ini disebut juga dengan joint venture domestik. Dalam joint venture domestik, perusahaan bekerja sama dengan pemodal lokal atau bisnis lainnya yang masih berada di negara yang sama.
2. Joint Venture dengan Pemodal Asing
Selain joint venture domestik, ada juga joint venture internasional yang dilakukan bersama dengan pemodal atau bisnis lain yang berada di negara yang berbeda. Perusahaan asing bermitra dengan perusahaan di negara yang sudah disepakati. Joint venture internasional diatur melalui Surat Keputusan Menteri Negara Penggerak Dana Investasi atau Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 15/SK/1904 mengenai kepemilikan saham pada perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing di Indonesia.
Peraturan tersebut juga mewajibkan beberapa bidang bisnis yang wajib didirikan dengan joint venture, yaitu:
- Produksi, distribusi, dan transmisi tenaga listrik yang ditujukan untuk umum
- Pelayanan
- Pelabuhan
- Telekomunikasi
- Kereta api
- Penerbangan
- Pembangkit tenaga atom
- Air minum
- Media massa
Ada juga bidang bisnis yang dilarang untuk didirikan dengan joint venture, yaitu industri yang berkaitan dengan pertahanan negara. Cakupan bidang bisnis dalam industri pertahanan negara adalah:
- Produksi senjata
- Mesin perang
- Alat peledakan
- Peralatan perang
Dalam joint venture internasional, ada empat karakteristik khusus yang bisa dikenali, yaitu:
- Pendirian perusahaan atau badan hukum baru.
- Memiliki modal berupa pengetahuan dan keahlian (know-how) dan modal saham.
- Setiap pihak pendiri tetap memiliki eksistensi dan kebebasan masing-masing.
- Adanya perjanjian kerja sama antara pemodal asing.
Baca Juga:Â Content Marketing: Definisi, Fungsi, Jenis, dan Keuntungannya
Kesimpulannya, joint venture adalah bentuk kerja sama bisnis yang dilakukan di antara dua perusahaan. Biasanya, joint venture dilakukan dengan tujuan menghasilkan produk baru yang inovatif. Contohnya, Indofood (PT Indofood Sukses Makmur Tbk.) dan Nestle (Nestle S.A.), dua perusahaan kuliner yang sukses di Indonesia. Mereka mendirikan usaha patungan atau joint venture dengan nama PT Nestle Indofood Citarasa Indonesia dengan produknya, yaitu bumbu jadi yang digunakan dalam memasak makanan.
Namun, bentuk kerja sama dalam bisnis tidak selalu berupa joint venture untuk menghasilkan produk baru yang inovatif. Menggunakan jasa yang disediakan dari perusahaan lain untuk pun merupakan bentuk kerja sama bisnis, seperti jasa Digital Marketing dari ToffeeDev untuk meningkatkan angka penjualan bisnis.Â
Seperti yang Anda pahami, Digital Marketing memiliki banyak strategi, seperti SEO dan Digital Advertising. Namun, Anda perlu mengetahui strategi Digital Marketing yang tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam bisnis yang sedang dijalankan. Maka dari itu, Anda perlu bekerja sama dengan Digital Marketing Agency seperti ToffeeDev. Klik di sini dan dapatkan kesempatan untuk review website dan platform media sosial bisnis Anda untuk mengetahui action plan Digital Marketing yang tepat sasaran!