Apakah Anda ingin mengetahui bagaimana cara kerja dropship yang beberapa tahun terakhir ini semakin populer di kalangan bisnis online? Atau mungkin beberapa dari Anda masih ada yang belum tahu apa itu dropship?
Perkembangan dunia digital saat ini membuat banyak orang dapat menjalankan bisnis secara online dengan mudah. Ada berbagai macam pilihan bisnis online yang dapat dipilih dan menjadi peluang untuk bertumbuhnya usaha sektor kecil yang tentu tidak hanya menguntungkan bagi mereka yang membuka usaha tersebut, namun juga membantu pergerakan ekonomi negara Indonesia.
Pertumbuhan bisnis-bisnis online ini juga didukung oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Tokopedia, Shopee, atau Lazada yang menjadi marketplace untuk menyediakan wadah bagi para pebisnis online untuk menjual dagangan mereka, hingga berbagai media sosial seperti Instagram, Facebook, hingga LinkedIn yang dapat digunakan sebagai wadah untuk meningkatkan brand awareness. Tidak lupa juga ada website yang dapat dijadikan sebagai e-commerce agar pebisnis dapat langsung menjual produk atau jasa yang mereka tawarkan langsung melalui website bisnis yang mereka miliki.
Di antara berbagai jenis bisnis di dunia online yang tersedia, ada salah satu bisnis yang juga cukup menjanjikan dan memberikan penghasilan sampingan yang menguntungkan. Bisnis tersebut dinamakan sebagai bisnis dropshipping.
Oleh karena itu, melalui artikel ini, ToffeeDev ingin membahas lebih lanjut mengenai apa itu dropship dan bagaimana cara kerjanya yang dapat menghasilkan keuntungan bagi Anda yang tertarik untuk menjalankan bisnis secara online. Ingin tahu lebih lanjut mengenai dropship? Anda bisa langsung melihat pembahasan lengkapnya melalui informasi yang akan kami sajikan di bawah ini.
Daftar Isi
ToggleApa Itu Dropship?
Dropship merupakan jenis bisnis toko online yang memungkinkan seorang penjual untuk menjalankan sebuah bisnis tanpa perlu memiliki stok produk tersebut. Jadi, penjual akan mencari pemasok yang menjual produk tertentu dan pemasok itu yang akan langsung mengirimkannya kepada pembeli tanpa harus melalui penjual.
Sebagai contoh ilustrasi, Anda ingin menjual produk camilan jadul dengan sistem dropship. Kemudian, Anda mencari perusahaan atau supplier mana saja yang menjual stok camilan jadul dan menerima sistem dropship.
Setelah Anda memiliki pembeli, maka data pembeli tersebut akan disetor kepada supplier agar dapat langsung dikirimkan kepada pelanggan. Kesimpulannya, dari sini Anda bisa melihat bahwa bisnis dropship sangatlah mudah untuk dijalankan karena tidak perlu memiliki stok barang terlebih dahulu untuk dapat melakukan kegiatan penjualan.
Di dalam dropship ini, Anda hanya perlu menjalankan strategi penjualan dan mencatat data pembeli serta produk yang mereka inginkan. Anda tidak perlu lagi repot-repot harus melakukan pengepakan barang ataupun bolak-balik memanggil kurir pengantaran barang untuk mengambil seluruh barang yang sudah diorder oleh para customer.
Sebagai informasi tambahan, orang yang menjalankan bisnis dropship ini memiliki nama panggilan khusus yaitu dropshipper. Jadi, jika Anda nanti memutuskan untuk menjalankan bisnis dropship ini maka dapat disebut sebagai dropshipper.
Baca Juga: 5 Ide Bisnis Dropship yang Menguntungkan
Bagaimana Cara Kerja Dropship?
Setelah melihat penjelasan pada poin pembahasan sebelumnya, rasanya Anda sudah mendapatkan gambaran kasar mengenai cara kerja dropship, bukan? Namun, untuk lebih jelasnya, maka silakan simak pembahasan berikut ini mengenai cara kerja dropship.
Pertama-tama, mari kita pahami alur mekanisme bisnis dropship ini terlebih dahulu. Alur mekanisme bisnis dropship ini dimulai dari pelanggan yang melakukan pembelian produk melalui dropshipper, kemudian selanjutnya dropshipper akan memesan produk kepada supplier sesuai dengan yang dipesan oleh pelanggan, selanjutnya supplier akan mengirimkan produk kepada pelanggan yang melakukan pembelian melalui dropshipper.
Untuk menjalankan bisnis ini, poin terpenting yang harus Anda lakukan adalah mencari supplier yang benar-benar bisa dipercaya baik dari segi layanannya maupun dari segi kualitas. Sebagai penjual pun Anda harus bisa memiliki komitmen karena bisnis ini merupakan bentuk kerjasama antara 2 pihak yaitu penjual dan supplier.
Bentuk kerjasama antara dropshipper dengan supplier ini tentu akan menguntungkan kedua belah pihak. Pihak supplier akan terus mendapatkan pembelian tanpa harus melakukan kegiatan promosi dan pihak dropshipper bisa mendapatkan penghasilan dengan mudah tanpa harus memasok produk terlebih dahulu serta hanya perlu menjalankan berbagai strategi promosi yang dapat meningkatkan penjualan.
Ada baiknya, sebelum Anda memutuskan untuk bekerjasama dengan supplier tertentu, cobalah untuk membeli produk mereka sebagai tester untuk melihat apakah produk tersebut memiliki kualitas yang baik atau tidak. Jika Anda tidak mengetahui seperti apa produk yang mereka jual ataupun kualitas dari produk tersebut, maka bisa saja nantinya pelanggan menerima produk dengan kualitas yang rendah dan tentu saja hal itu akan berdampak kepada dropshipper.
Selanjutnya, apakah Anda tahu bagaimana dropshipper mendapatkan keuntungan? Apakah keuntungan yang didapatkan merupakan bagi hasil antara dropshipper dengan supplier atau ada sistem keuntungan lainnya yang didapatkan oleh penjual?
Untuk keuntungan yang didapat oleh dropshipper merupakan hasil peningkatan harga jual dari yang diberikan oleh supplier. Andai kata supplier menjual sebuah produk dengan harga Rp500.000, maka dropshipper bisa meningkatkan harga jual sebanyak 10% menjadi Rp550.000 dan bisa dikatakan keuntungan yang didapat untuk 1 produk yang terjual adalah Rp50.000.
Apa Perbedaan Antara Dropship dengan Reseller?
Banyak orang yang mengira bahwa dropship dan reseller merupakan dua tipe bisnis yang sama. Padahal, kedua hal tersebut memiliki banyak perbedaan dari berbagai segi.
Apakah Anda termasuk ke dalam kelompok orang yang mengira bahwa dropship dan reseller adalah dua hal yang sama? Jika demikian, maka silakan simak pembahasan berikut ini karena ToffeeDev akan membantu memberikan pemahaman kepada seluruh orang terkait perbedaan antara dropship dengan reseller.
1. Modal yang Dikeluarkan
Perbedaan pertama antara jenis bisnis dropship dengan reseller adalah modal yang perlu dikeluarkan. Kira-kira, apakah Anda bisa menebak mengapa kedua bisnis ini berbeda dari segi modal?
Untuk menjadi dropshipper, penjual tidak perlu mengeluarkan modal yang besar karena tugasnya hanya mencari pelanggan dan menyetor data tersebut kepada pihak supplier. Sedangkan seorang reseller kadang kala harus membeli stok dalam jumlah yang banyak terlebih dahulu dari supplier baru kemudian dapat menjual kepada pembeli.
Akibat adanya modal dalam jumlah besar yang harus dikeluarkan pada awal penjualan, tidak heran jika seorang reseller rentan mengalami kerugian apabila produk yang sudah mereka beli tidak laku terjual. Meskipun para reseller bisa mengatasi masalah ini dengan sistem PO atau pre-order di mana pembeli harus memesan terlebih dahulu dalam jangka waktu tertentu, namun tetap saja penjualan yang dihasilkan tidak sebesar keuntungan yang didapat oleh dropshipper karena customer enggan menunggu untuk waktu yang lama.
Dropshipper mungkin hanya perlu mengeluarkan modal untuk pembelian produk di awal jika penjual ingin melihat kualitas produk yang dijual oleh supplier. Biasanya juga, ada beberapa supplier yang menerapkan sistem DP sehingga jika dibandingkan, tetap saja modal yang dikeluarkan oleh dropshipper akan jauh lebih sedikit dibandingkan reseller yang harus mengeluarkan modal untuk pembelian produk terlebih dahulu sebelum dapat melakukan penjualan.
Baca Juga: Cara Menjadi Dropshipper dengan Mudah
2. Tempat Penyimpanan Stok Produk/Gudang
Penjual yang menjalankan bisnis dropship tidak perlu pusing-pusing memikirkan tempat penyimpanan stok untuk mengumpulkan produk-produk yang akan mereka jual. Mereka hanya perlu fokus dengan penjualan saja karena seluruh stok akan diurus oleh supplier dan tugas penjual hanya perlu membayar produk yang dibeli oleh pelanggan.
Sebaliknya untuk bisnis reseller, tentu para penjual harus memikirkan di mana mereka menyimpan seluruh produk yang akan dijual kepada pelanggan. Dengan adanya tempat penyimpanan atau gudang ini juga tentu akan berpengaruh kepada biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh penjual.
Sebagai penjual, tentu saja Anda harus menjaga seluruh produk yang dijual agar dapat sampai ke tangan pembeli dengan kondisi yang baik. Oleh karena itu, reseller perlu mengeluarkan biaya operasional untuk listrik, maintenance, atau mungkin juga karyawan agar seluruh produk yang tersimpan di dalamnya dapat terjaga dengan baik.
3. Proses Berjalannya Bisnis
Dropship dan reseller memiliki mekanisme bisnis yang berbeda. Untuk dropshipper, penjual hanya perlu berfokus kepada penjualan dan seluruh pengemasan barang hingga pengiriman akan diatur oleh supplier.
Lain halnya dengan reseller. Penjual yang menjalankan bisnis sebagai reseller mau tidak mau harus melakukan banyak hal mulai dari kegiatan promosi, melayani customer, melakukan pengecekan produk, hingga pengiriman barang.
Baca Juga: Reseller atau Dropshipper? Mana yang Lebih Untung Besar?
4. Risiko
Setiap bisnis pasti memiliki risiko masing-masing, termasuk dropship maupun reseller. Hanya saja, tingkat risiko yang dialami dropshipper jauh lebih rendah dibandingkan reseller.
Pada beberapa poin pembahasan sebelumnya, Anda sudah memahami bahwa reseller harus mengeluarkan modal yang besar di awal untuk pembelian produk terlebih dahulu. Dari sana bisa kita simpulkan bahwa reseller memiliki tingkat risiko yang tinggi dari beberapa sisi.
Pertama, reseller dapat memiliki risiko akan terjadinya kerugian ketika produk yang sudah dibeli ternyata tidak laku di pasaran. Modal yang sudah dikeluarkan untuk membeli produk tersebut akan terbuang sia-sia atau setidaknya penjual dapat menawarkan produk tersebut dengan harga lebih rendah.
Selain itu, dikarenakan reseller harus membeli barang dan mengaturnya sendiri, maka bisa saja terjadi human error dalam proses quality check yang akhirnya kembali lagi kepada kerugian barang atau yang bisa disebut deadstock. Penjual akan sedikit kesulitan untuk melakukan quality check terhadap banyaknya produk yang berada di tempat penyimpanan mereka.
Bagi para dropshipper, tingkat risiko yang mereka alami akan lebih rendah karena para penjual tidak perlu mengatur stok barang ataupun melakukan quality check. Semua proses yang berhubungan dengan stok sudah dilakukan oleh supplier dan jika terdapat keluhan dari pelanggan, maka penjual bisa langsung mengajukan komplain terhadap supplier.
5. Produk yang Dijual
Perbedaan terakhir yang cukup signifikan antara dropship dengan reseller adalah dari segi produk yang dijual. Mungkin Anda bertanya-tanya, bukankah semua produk bisa dijual oleh dropshipper maupun reseller?
Sesuai dengan modal dan mekanismenya, maka kita bisa melihat bahwa dropshipper dapat menjual produk apapun tanpa harus memikirkan ketersediaan stok karena mereka langsung mengambilnya dari supplier. Bahkan, dropshipper juga dapat melakukan kerjasama dengan berbagai supplier dan mereka tidak memiliki batasan apapun untuk melakukan penjualan.
Sebaliknya, untuk reseller, mereka tidak dapat menjual produk dalam jumlah yang banyak karena adanya keterbatasan stok, sesuai dengan modal yang penjual miliki untuk membeli produk yang akan dijual. Oleh karena itu, para reseller memiliki pilihan yang terbatas untuk menjual produk yang sesuai dengan permintaan pelanggan.
Baca Juga: 7 Ide Bisnis Digital yang Menguntungkan
Keuntungan Dropship Secara Umum
Tidak perlu menjadi pemasok barang, barang dari pemasok akan langsung dikirim dengan jalur supplier atau toko ke pelanggan dengan langsung ke alamat pembeli yang lengkap. Menjual barang akan terasa lebih mudah karena waktu kerja fleksibel, sehingga bisa dijadikan usaha sampingan saja. Margin keuntungan tetap dicapai karena tidak terpengaruh oleh fluktuasi harga.
Apa Saja Kelebihan dan Kekurangan dari Bisnis Dropship?
Setiap bisnis pasti memiliki kelebihan dan juga kekurangan, termasuk bisnis dropship. Maka dari itu, jika Anda tertarik untuk menjalankan bisnis dropship, ada baiknya untuk mengetahui apa saja kelebihan dan juga kekurangan dari bisnis ini.
Berikut ini, kami akan menjelaskan beberapa kelebihan dan kekurangan dari bisnis dropship, yaitu:
Kelebihan Bisnis Dropship
Menjalankan bisnis dropship memiliki beberapa kelebihan atau keuntungan tidak hanya bagi para dropshipper itu sendiri, namun juga untuk para supplier. Bagi para dropshipper, menjalankan bisnis dropship tidak membutuhkan modal yang besar di depan sehingga para penjual dapat melakukannya kapanpun mereka inginkan.
Selain itu, jika Anda sudah memahami pembahasan pada poin sebelumnya yaitu apa saja perbedaan antara dropshipper dengan reseller, maka bisa terlihat jelas kelebihan yang dimiliki oleh bisnis dropship. Mereka yang memilih menjadi seorang dropshipper hanya perlu berfokus pada kegiatan promosi dan seluruh proses pengecekan barang hingga pengemasan barang yang akan dikirimkan kepada pembeli adalah tugas supplier.
Anda juga perlu tahu, menjadi seorang dropshipper membawa keuntungan lainnya dari segi keberagaman produk yang ingin dijual. Misalnya, Anda ingin menjual berbagai macam produk skincare, namun supplier tersebut memiliki produk skincare dengan merek yang terbatas, maka seorang dropshipper bisa saja mencari supplier lainnya atau bekerjasama dengan banyak supplier dalam 1 bidang bisnis yang sama.
Pada intinya, menjadi dropshipper memiliki kelebihan yang dapat disimpulkan dalam beberapa kata saja yaitu mudah, simpel, dan fleksibel. Anda hanya perlu mencari supplier yang dapat memberikan kualitas produk terbaik agar pelanggan merasa puas dengan barang yang mereka terima.
Baca Juga: Pahami Tujuan Bisnis Plan dalam Usaha Anda Di Sini
Selain dropshipper, ada juga pihak lain yang ikut merasakan kelebihan dari bisnis ini yaitu supplier. Meskipun supplier harus sibuk dengan urusan produksi barang yang akan dijual, namun mereka tidak perlu pusing memikirkan strategi promosi karena ada para dropshipper yang akan melakukan promosi untuk para supplier.
Ketika supplier sudah mendapatkan dropshipper, maka mereka akan terus mendapatkan keuntungan atas penjualan barang yang diproduksi berkat kegiatan promosi yang dilakukan oleh para dropshipper. Apalagi jika 1 supplier bekerjasama dengan banyak dropshipper, maka sudah bisa dipastikan bahwa mereka akan mendapatkan keuntungan yang besar.
Kekurangan Bisnis Dropship
Selain kelebihan, tentu saja ada kekurangan dalam menjalankan bisnis dropship. Namun, kekurangan dari bisnis dropship ini bisa dikatakan sebanding dengan kemudahan dan keuntungan yang didapat baik oleh dropshipper maupun supplier.
Pertama-tama, mari kita bahas kekurangan bisnis dropship ini dari segi dropshipper. Apa saja kekurangan yang akan dirasakan oleh para dropshipper ketika menjalankan bisnis ini?
Bagi dropshipper yang hanya melakukan kegiatan promosi, mereka tidak dapat mengontrol ketersediaan produk karena itu merupakan tugas supplier. Bukan tidak mungkin bahwa dropshipper harus bolak-balik terhubung dengan supplier untuk mengetahui ketersediaan produk sebelum menerima pembayaran dari para customer.
Kekurangan lainnya yang dirasakan oleh dropshipper adalah mereka tidak bisa menjamin kualitas produk yang dikirimkan kepada customer akan selalu bagus. Akibatnya, apabila customer mengajukan komplain, mereka tidak akan mau tahu siapa yang memproduksi barang tersebut dan dropshipper yang harus menghadapi komplain yang diajukan oleh pelanggan tersebut.
Baca Juga: Ikuti Cara Membuat Rencana Bisnis yang Mudah Berikut Ini
Meskipun dropshipper harus menghadapi komplain dari pelanggan, namun hal ini juga berdampak kepada para supplier karena mereka tidak bisa berinteraksi langsung dengan pelanggan karena penjualan dilakukan oleh pihak ketiga. Selain itu, citra brand yang dimiliki oleh supplier juga bergantung pada reputasi para dropshipper.
Apabila supplier mendapatkan dropshipper dengan kualitas pelayanan yang kurang baik, maka pada akhirnya citra brand para supplier juga akan terkena dampaknya. Pada akhirnya, supplier akan sulit untuk menjual produk mereka kepada pelanggan.
Maka dari itu, baik dropshipper maupun supplier, mereka harus memiliki aturan kerjasama yang jelas agar tidak saling merugikan satu sama lain. Sebaliknya, kerjasama yang terjalin haruslah membawa keuntungan untuk kedua belah pihak.
Bagaimana Cara Meningkatkan Penjualan Melalui Dropship?
Ada banyak cara yang dapat Anda lakukan untuk meningkatkan penjualan melalui dropship. Di bawah ini, Anda akan menemukan 7 cara untuk meningkatkan penjualan bisnis dropship, yaitu:
1. Melakukan Analisis SWOT
Cara pertama yang dapat Anda lakukan untuk meningkatkan penjualan bisnis dropship adalah dengan melakukan analisis SWOT. Pernahkah Anda mendengar tentang analisis SWOT ini?
Pertama-tama, mari kita pahami terlebih dahulu apa itu SWOT. SWOT merupakan singkatan dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman).
Analisis SWOT ini ditemukan oleh Albert Humphrey yang merupakan seorang konsultan bisnis. Pada sekitar tahun 1960 hingga 1970, beliau memimpin sebuah proyek penelitian yang dilakukan di Universitas Stanford dan akhirnya tercetuslah analisis SWOT.
Dengan adanya analisis SWOT, Anda dapat lebih mengenali gambaran bisnis yang akan atau sedang dijalankan. Selain itu, hasil dari analisis SWOT yang didapatkan dapat membantu Anda dalam menyusun strategi penjualan yang efektif dan juga tepat sasaran.
Baca Juga: Berbagai Faktor Internal dan Eksternal Analisis SWOT
Analisis SWOT ini sangat penting untuk dilakukan. Maka dari itu, silakan perhatikan pembahasan singkat mengenai cara melakukan analisis SWOT dengan benar.
Strengths (Kekuatan)
Setiap bisnis pasti memiliki kekuatannya masing-masing, termasuk bisnis dropship. Hal-hal yang menjadi kekuatan dari bisnis Anda ini nantinya dapat dijadikan sebagai dasar dari berjalannya suatu bisnis agar mampu beroperasi dalam waktu yang lama.
Dalam mencari hal apa saja yang menjadi kekuatan dari suatu bisnis, ada beberapa pertanyaan yang perlu Anda jawab, seperti:
- Apa nilai USP(Unique Selling Point) atau keunggulan dari bisnis yang Anda jalankan?
- Apakah Anda memiliki berbagai aset yang menunjang berjalannya suatu bisnis?
- Apakah bisnis yang dijalankan ke depannya dapat berhasil?
Weaknesses (Kelemahan)
Selain kekuatan, tentu saja setiap bisnis memiliki kelemahan, tidak terkecuali kompetitor Anda. Ketika Anda sudah mengetahui kelemahan dari suatu bisnis, maka hal yang nantinya perlu dilakukan adalah menyusun strategi untuk mengubah kelemahan tersebut menjadi kekuatan.
Dalam melakukan analisis ini, Anda dapat mencari jawaban untuk menggali apa yang menjadi kelemahan dari bisnis yang dijalankan saat ini melalui pertanyaan berikut ini:
- Bagian mana dari bisnis Anda yang masih perlu diperbaiki?
- Jika Anda bekerja dalam tim, adakah anggota tim yang menghambat berjalannya proses bisnis?
- Apakah ada hal yang membuat bisnis Anda kurang dapat bersaing di pasaran?
Opportunities (Peluang)
Setiap pebisnis harus dapat melihat peluang, tidak terkecuali dropshipper. Peluang ini nantinya dapat Anda kembangkan menjadi sebuah strategi bisnis yang dapat diterima oleh masyarakat luas dan bahkan mendatangkan keuntungan yang tinggi.
Untuk mencari hal apa saja yang dapat Anda jadikan sebagai peluang, maka silakan jawab beberapa pertanyaan berikut ini:
- Apakah permintaan pasar terhadap suatu produk atau jasa tinggi, namun ketersediaannya rendah?
- Apakah ada acara yang dapat Anda ikuti untuk melakukan kegiatan promosi?
- Apakah ada tren terbaru yang dapat Anda ikuti untuk meningkatkan penjualan produk?
Threats (Ancaman)
Hal terakhir yang perlu dianalisis dalam analisis SWOT ini adalah Threats atau ancaman. Setiap bisnis pasti akan menghadapi ancaman di mana hal ini merupakan faktor tidak terduga yang mungkin sulit Anda kendalikan.
Anda perlu mencari tahu ancaman seperti apa saja yang dapat membuat bisnis yang dijalankan saat ini harus ditutup. Seperti misalnya, masa pandemi COVID-19 merupakan ancaman bagi setiap pebisnis sehingga ada beberapa di antaranya yang terpaksa harus gulung tikar atau bahkan menjadi bangkrut.
Dengan mengetahui apa saja hal yang menjadi ancaman bagi setiap bisnis, maka diharapkan para dropshipper mampu menyusun strategi yang tepat, sesuai dengan skema ancaman yang mungkin saja terjadi di kemudian hari. Oleh karena itu, untuk mencari apa yang menjadi ancaman bagi bisnis Anda, maka ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab, yaitu:
- Apakah perilaku konsumen mengalami perubahan karena situasi tertentu?
- Apakah supplier akan selalu memberikan harga yang stabil untuk menunjang bisnis Anda? Atau apakah akan terjadi kenaikan harga di kemudian hari?
- Kompetitor seperti apa yang dapat menjadi ancaman bagi bisnis Anda?
2. Mencari Supplier yang Terpercaya
Supplier menjadi hal utama yang perlu diperhatikan apabila Anda ingin menjalankan bisnis dropship. Citra bisnis yang Anda jalankan akan bergantung pada supplier mulai dari kualitas barang, pengiriman barang, bahkan harga yang ditawarkan.
Sebagai pebisnis, Anda dituntut untuk dapat awas dan teliti dalam mencari supplier yang terpercaya. Apalagi, maraknya penipuan yang terjadi tentu membuat Anda harus lebih hati-hati dalam memilih supplier yang tepat.
Baca Juga: Memahami Konsep Strategi Pemasaran yang Tepathttps://toffeedev.com/blog/business-and-marketing/konsep-strategi-pemasaran/
Oleh karena itu, dalam mencari supplier yang terpercaya, Anda dapat mencoba berbagai tips yang akan kami berikan, yaitu:
- Lakukan uji coba produk yang akan dijual terlebih dahulu. Anda dapat membeli 1 buah produk dari tiap jenis produk yang ingin dijual atau mintalah tester sebelum nantinya produk tersebut siap dijual kepada pembeli.
- Setiap pembeli pasti ingin menerima produk yang mereka beli dalam keadaan yang baik dan utuh. Oleh karena itu, Anda harus memastikan apakah supplier melakukan pengemasan barang dengan baik atau tidak untuk menjaga keselamatan produk yang dibeli oleh pelanggan.
- Supplier dan dropshipper perlu membuat perjanjian yang sudah disepakati bersama. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu hal yang tidak diinginkan di kemudian hari yang dapat merugikan salah satu pihak.
- Agar lebih yakin dalam memutuskan supplier mana yang akan dipilih, Anda dapat melihat apakah ada review atau ulasan baik dari pelanggan maupun dropshipper lainnya. Melalui ulasan tersebut, Anda dapat melihat reputasi dari supplier tertentu dan dijadikan sebagai pertimbangan apakah supplier tersebut memiliki kualifikasi yang baik untuk diajak bekerjasama dalam bisnis dropship.
3. Meningkatkan Brand Awareness
Sebagai dropshipper, Anda juga perlu meningkatkan brand awareness atau kesadaran merek. Brand awareness adalah kemampuan pelanggan untuk dapat langsung mengenali sebuah merek dan bahkan mengetahui apa saja produk yang dijual melalui merek tersebut.
Anda pun sebagai seorang pebisnis harus dapat meningkatkan brand awareness ini untuk menarik lebih banyak pelanggan. Namun, bagaimana cara meningkatkan brand awareness?
Hal pertama yang dapat Anda lakukan untuk meningkatkan brand awareness adalah dengan membuat nama merek dan juga logo. Dengan adanya merek dan logo, pelanggan akan lebih mudah dalam mengingat bisnis yang Anda jalankan dan bukan tidak mungkin bahwa mereka akan lebih percaya dengan produk yang dijual oleh suatu merek tertentu.
Hal lainnya yang tentu akan sangat berpengaruh dalam meningkatkan brand awareness adalah Anda harus aktif dalam media sosial. Anda perlu tahu, di tahun 2021 ini sekiranya ada 170 juta pengguna media sosial.
Dengan besarnya angka pengguna tersebut, media sosial dapat menjadi platform yang bisa Anda manfaatkan untuk meningkatkan brand awareness. Tentunya, Anda harus dapat menyusun konten-konten yang kreatif, edukatif, serta inspiratif untuk mampu menarik perhatian pengguna social media tersebut.
Pada intinya, brand awareness dapat ditingkatkan melalui kegiatan-kegiatan promosi baik secara offline maupun online. Jika Anda ingin melakukan kegiatan promosi secara offline, maka bisa mengikuti kegiatan pameran seperti Jakarta Fair.
Apabila Anda ingin melakukan kegiatan promosi secara online, maka silakan manfaatkan berbagai media sosial yang ada seperti Instagram, Facebook, hingga TikTok. Selain itu, Anda juga bisa menggunakan jasa influencer untuk mempromosikan bisnis kepada followers mereka sehingga akan ada lebih banyak pengguna internet yang tertarik untuk membeli produk yang dipromosikan.
Baca Juga: 6 Cara Meningkatkan Brand Awareness dengan Cepat
4. Menonjolkan Unique Selling Point (USP)
USP atau Unique Selling Point menjadi hal yang krusial dalam menentukan apakah bisnis Anda mampu bersaing di pasar bisnis atau tidak. Bisa dikatakan, USP sama dengan keunggulan atau faktor apa yang membedakan antara bisnis Anda dengan bisnis kompetitor.
Seorang dropshipper perlu mencari tahu apa yang menjadi USP dari bisnis yang mereka jalankan. Dengan adanya USP ini, Anda dapat memberikan alasan kepada pelanggan mengapa mereka harus membeli produk tersebut dan bukan produk kompetitor.
USP ini biasanya dapat dilihat dari keunggulan produk, layanan yang diberikan, bahkan harga yang ditawarkan apakah sebanding dengan produk yang Anda jual. Seperti misalnya, Anda ingin berjualan produk fashion dan tentu saja sudah banyak pebisnis di luar sana yang berjualan baju dari segala jenis bahan, tipe fashion, hingga harga terjangkau yang menjadi alasan mengapa banyak pelanggan datang ke toko tersebut.
Melihat ilustrasi di atas, apakah ada USP yang dapat Anda tawarkan yang melebihi apa yang diberikan toko tersebut? Jika Anda tidak memiliki USP sama sekali, maka buatlah sendiri USP tersebut dengan menambahkan hal-hal lain seperti dari segi pelayanan yang cepat, kemasan yang menarik, atau bahkan membuat berbagai promo seperti beli 1 gratis 1.
Pada intinya, Anda perlu mencari tahu USP dari bisnis yang ingin dijalankan dan mengembangkannya untuk menarik minat pelanggan. Dengan demikian, Anda akan mendapatkan keuntungan yang berkali-kali lipat dan bahkan bisa mendapatkan calon potensi customer loyal.
5. Menggunakan Sistem Pembayaran yang Aman
Banyaknya kasus penipuan secara online terhadap transaksi jual beli membuat pelanggan menjadi lebih waspada ketika ingin melakukan pembelian produk yang mereka inginkan. Namun, hal tersebut tidak dapat menghentikan Anda dalam menjalankan bisnis dropship karena ada solusi dari setiap permasalahan.
Untuk mendapatkan kepercayaan pelanggan, maka Anda dapat menggunakan sistem pembayaran yang aman. Anda bisa menawarkan sistem pembayaran melalui bank, aplikasi finance seperti OVO, GoPay, ShopeePay, Dana, dan banyak lagi.
Selain itu, Anda juga bisa memanfaatkan marketplace seperti Tokopedia, Shopee, atau Lazada yang sudah memiliki kredibilitas yang baik di mata pengguna internet. Ketika pembeli mendapati bahwa penjual melakukan kecurangan, maka pihak marketplace akan menahan duit pembayaran dari pembeli dan nantinya akan dikembalikan lagi sehingga siapapun akan merasa aman dengan sistem pembayaran yang demikian.
Meskipun demikian, Anda perlu tahu bahwa marketplace memiliki daya saing yang tinggi. Anda dituntut untuk dapat membuat strategi penjualan yang dapat menarik perhatian pengguna internet untuk langsung mengunjungi marketplace yang sudah ditentukan dan membeli produk yang mereka inginkan di sana.
Baca Juga: Pilihan Strategi Marketing Kreatif Untuk Brand Awareness
6. Meningkatkan Kualitas Customer Service
“Pembeli adalah raja”, kalimat tersebut harus selalu diingat oleh para pebisnis. Maka dari itu, pembeli mengharapkan adanya pelayanan yang berkualitas seperti kecepatan penjual dalam merespon pertanyaan, update pengiriman barang, dan lain sebagainya.
Tentu saja, ada masalah yang dihadapi oleh para dropshipper dalam meningkatkan customer service karena pembeli tidak mengenal waktu ketika mereka ingin membeli produk tertentu. Bahkan, mereka dapat melakukan pembelian ketika Anda sedang tidur.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Anda dapat memanfaatkan platform yang menyediakan layanan chat bot atau instant replay. Dengan demikian, pelanggan tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan respon yang mereka inginkan.
Biasanya, beberapa platform yang menyediakan tempat chat seperti Facebook dan WhatsApp pasti memiliki berbagai fitur untuk chat bot atau auto message yang dapat Anda manfaatkan untuk meningkatkan kualitas customer service. Dengan adanya balasan langsung, pembeli akan merasa lebih aman dan tenang ketika berbelanja produk melalui Anda.
7. Membuat Website untuk Memudahkan Penjualan
Cara terakhir yang dapat Anda lakukan untuk meningkatkan penjualan dropship adalah dengan membuat website yang dapat memudahkan penjualan. Anda dapat membuat website tersebut menjadi sebuah website e-commerce seperti Sociolla, Apple, Orami, dan Zalora.
Dengan adanya website, pelanggan dapat fokus dengan bisnis Anda saja dan produk apa yang ditawarkan di dalamnya. Selain itu, pengunjung website juga dapat mengetahui informasi lengkap mengenai bisnis Anda.
Persaingan website untuk dapat muncul di halaman pertama mesin pencari tentu menjadi tantangan tersendiri yang harus Anda hadapi. Setiap tahunnya, mesin pencari seperti Google selalu memperbarui algoritma mereka untuk menyaring website manakah yang layak untuk ditampilkan pada halaman pertama SERP (Search Engine Result Page).
Oleh karena tidak semua website dapat muncul di halaman pertama Google, maka Anda perlu menyusun strategi digital marketing seperti menerapkan SEO (Search Engine Optimization) dan SEM (Search Engine Marketing).
Sekilas pengertian untuk Anda, SEO merupakan jenis digital marketing dengan membuat konten-konten dalam bentuk artikel sesuai dengan informasi apa yang dibutuhkan oleh pengguna internet. Ketika pengguna internet sudah mengunjungi konten dari suatu website, maka traffic website akan meningkat dan peluang website tersebut muncul pada halaman pertama Google akan semakin lebih tinggi.
SEM merupakan bentuk kegiatan promosi website berbayar atau yang bisa Anda sebut dengan Ads. Dengan menggunakan SEM, maka website Anda sudah dapat dipastikan akan muncul pada halaman pertama Google.
Oleh karena itu, jika Anda tertarik untuk menjalankan bisnis dropship dengan menggunakan website, silakan hubungi ToffeeDev sekarang juga. ToffeeDev merupakan Digital Marketing Agency yang menyediakan jasa pembuatan website dan kami akan membuat website yang sesuai dengan kebutuhan bisnis dropship Anda.